“Faktanya masalah itu semakin buruk, terkonsentrasi di area tertentu, dan garis depan akan bergerak,” ujarnya
Beasley menyatakan keprihatinan khusus tentang kota Mariupol, terutama karena jumlah tentara Ukraina yang semakin berkurang untuk melawan pengepungan Rusia disana.
Sekitar 100.000 warga sipil yang sangat membutuhkan makanan, air dan pemanas, kini terjebak di kota tersebut.
Pasukan Rusia yang mengontrol akses ke kota tidak mengizinkan masuknya bantuan ke Mariupol, meskipun WFP telah meminta akses.
“Kami tidak akan menyerah untuk membantu warga Mariupol dan orang-orang di tempat lain yang tidak dapat kami jangkau. Tapi ini adalah situasi yang menghancurkan: orang-orang mati kelaparan,” katanya.
Baca Juga: Nasib Kapal Perang yang Dirudal Ukraina Tak Jelas, Kiev Sebut Tenggelam, Moskow Bilang Masih Ngapung
Rusia bertekad untuk merebut kota itu sehingga pasukannya dari Semenanjung Krimea dapat sepenuhnya terhubung dengan pasukan di tempat lain di wilayah Donbas timur, jantung industri Ukraina, yang merupakan target serangan yang akan datang.
Kepala WFP memperingatkan efek dari perang Ukraina juga akan berpengaruh pada negara-negara lain, karena Ukraina berperan sebagai pemasok biji-bijian yang utama di dunia.
Baca Juga: Detik-detik Rudal Ukraina Serang Kapal Perang Rusia di Laut Hitam
Rusia dan Ukraina bersama-sama memproduksi 30% dari pasokan gandum dunia dan mengekspor sekitar tiga perempat minyak biji bunga matahari dunia.
Setengah dari gandum yang dibeli WFP untuk didistribusikan ke seluruh dunia berasal dari Ukraina.
“Sekitar 30 juta metrik ton biji-bijian tujuan ekspor tidak dapat dikirim karena perang,” kata Beasley.
Petani Ukraina sedang berjuang untuk mengakses pupuk dan benih, dan mereka yang masih dapat menanam, mungkin akan mengalami hasil panen mereka membusuk di ladang jika perang masih terjadi.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.