MOSKOW, KOMPAS.TV - Kapal penjelajah rudal milik Rusia bernama The Moskva (Moskow), tenggelam di perairan Ukraina.
Kapal ini memiliki sejarah panjang dan sudah digunakan Rusia sejak Perang Dingin hingga konflik di Georgia, Suriah dan Ukraina. Dalam masa damai, The Moskva digunakan untuk penelitian ilmiah.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan The Moskva yang rusak berat tenggelam dalam badai pada Kamis (14/2/2022) setelah dilalap api.
Sebelumnya diberitakan bahwa kobaran api memicu beberapa senjata dan memaksa kru untuk mengungsi.
Pihak Rusia membantah telah terjadi serangan oleh Ukraina di kapal yang biasanya memuat sekitar 500 awak di dalamnya.
Maksym Marchenko, gubernur wilayah Odesa, mengatakan, Ukraina menyerang kapal itu Rabu (13/4) malam dengan dua rudal Neptunus dan menyebabkan kerusakan serius.
Namun Yuriy Sak, seorang penasihat menteri pertahanan Ukraina, kemudian mengaku tidak dapat mengkonfirmasi nasib kapal tersebut.
Bahkan, Amerika Serikat (AS) juga tidak dapat mengkonfirmasi klaim Ukraina.
Namun seperti dikutip dari The Associated Press, kapal tersebut diketahui berada sekitar 100 hingga 104 kilometer di selatan Odesa ketika kebakaran terjadi.
Baca Juga: The Moskva, Kapal Jelajah Berpeluru Kendali Maskot Armada Laut Hitam Rusia, Tenggelam Usai Terbakar
Kapal The Moskva diketahui dapat membawa 16 rudal jelajah jarak jauh, dan kehilangan kapal ini akan sangat mengurangi daya tembak Rusia di Laut Hitam.
Tenggelamnya kapal tersebut merupakan pukulan besar bagi prestise Rusia dalam perang yang telah berlangsung selama tujuh minggu ini.
Kapal perang itu diluncurkan pertama kali dengan nama Slava dari sebuah galangan kapal di Mykolaiv pada Juli 1979, yang saat itu merupakan bagian dari Republik Soviet Ukraina.
Kapal Perang Slava kemudian ditugaskan pada akhir Desember 1982. Panjangnya 186 meter dan dirancang untuk membawa 476 awak dengan tambahan 62 petugas.
Slava menjabat sebagai unggulan armada Soviet di Laut Hitam. Kapal ini membawa rudal, senjata dek, torpedo dan mortar, serta memiliki dek helikopter.
Selama Perang Dingin, kapal tersebut juga membawa senjata nuklir.
Pada tahun 1989, di bawah pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev, ilmuwan AS dan Soviet menggunakan kapal ini untuk penelitian.
Penelitian yang dilakukan adalah untuk mengukur emisi neutron dan sinar gamma dari hulu ledak nuklir pada rudal jelajah.
Pada akhir 1989, Slava seharusnya menjadi tuan rumah pertemuan antara Gorbachev dan Presiden George H.W. Bush di Malta. Tetapi angin kencang mendorong pihak tuan rumah Soviet untuk mengubah tempat pertemuan ke kapal penjelajah Maxim Gorky yang sedang berlabuh.
Baca Juga: Nasib Kapal Perang yang Dirudal Ukraina Tak Jelas, Kiev Sebut Tenggelam, Moskow Bilang Masih Ngapung
Slava menjalani perbaikan dari 1990-1999. Dalam waktu yang sama, Uni Soviet pun runtuh dan Ukraina merdeka menjadi negara yang terpisah dari Rusia. Kapal ini pun akhirnya dirombak dan diganti namanya menjadi Moskva (Moskow).
Kapal tersebut menjadi tuan rumah bagi Presiden Vladimir Putin dan Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi dalam kunjungan tahun 2003 ke Sardinia.
“Syukur kepada Tuhan, kapal penjelajah kami masih bisa berjalan, pesawat dan rudal kami bisa terbang,” kata Putin saat itu.
Komentar Putin di pangkalan angkatan laut La Maddalena kemudian menunjukkan betapa banyak yang telah berubah. Dia menggambarkan kehadiran Moskow sebagai tanda bahwa tingkat kepercayaan antara Rusia dan negara-negara NATO meningkat.
Namun dalam perkembangannya, ekspansi NATO ke arah timur dan keamanan Rusia adalah salah satu alasan yang dikutip Putin untuk mengirim pasukan ke Ukraina.
Selama perang Rusia di bekas republik Georgia pada 2008, Moskow berperan dalam operasi di Laut Hitam.
Pada tahun 2014, ketika Rusia mencaplok Semenanjung Krimea, Moskow memblokir kapal angkatan laut Ukraina untuk meninggalkan Danau Donuzlav.
Baca Juga: Detik-detik Rudal Ukraina Serang Kapal Perang Rusia di Laut Hitam
Pada 2015-16, kapal itu dikerahkan ke Laut Mediterania untuk memberikan dukungan bagi militer Rusia yang mendukung Presiden Suriah Bashar Assad dalam perang saudara di negaranya.
The Moskva kemudian menjalani perbaikan dan modernisasi dari 2018 hingga Juli 2020.
Setelah Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari, The Moskva ikut serta dalam serangan di Pulau Zmiinyi yang terletak sekitar 35 kilometer di lepas pantai.
Dalam audio yang beredar luas secara online, seorang tentara Ukraina pernah memberi sumpah serapah pada kapal ini.
“Kapal perang Rusia, pergilah (sumpah serapah) sendiri,” ujar tentara tersebut.
Ukraina dan para pendukungnya menganggap momen ini sebagai peristiwa pembangkangan yang ikonik.
Pada hari Rabu, akun Instagram Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy memposting foto dirinya memegang perangko peringatan yang menandai momen tersebut.
Mereka menunjukkan seorang tentara Ukraina sendirian di pantai, dengan senapan di satu tangan, dan tangan yang lain mengacungkan jari tengah kepada kapal Moskow yang sedang lewat.
Nomor kapal "121" terlihat di sana.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.