KIEV, KOMPAS.TV - Penemuan bekas pembantaian puluhan orang di Bucha, daerah pinggiran Kiev, Ukraina menjadi sorotan dunia internasional belakangan ini.
Otoritas Ukraina menuduh pasukan Rusia membantai warga sipil di sana.
Namun pihak Moskow membantah tentaranya melakukan pembantaian itu.
Bantahan itu tak terhindar dari bukti-bukti yang bermunculan menunjukkan pembantaian terjadi ketika tentara Rusia menduduki daerah tersebut.
Kesaksian warga Bucha pun memperkuat dugaan bahwa sederet eksekusi dilakukan pasukan Rusia.
Kateryna Ukraintseva, seorang wakil Dewan Kota Bucha menuturkan kesaksiannya mengenai hari-hari pendudukan pihak Rusia.
Ia menyebut Rusia menggelar eksekusi dengan menargetkan veteran perang Donbass.
Kateryna menyebut pasukan Rusia mulai menembus jantung Bucha mulai 4 Maret 2022.
Tadinya, tentara sekadar melintas untuk menuju Irpin.
Baca Juga: China Desak Penyelidikan atas Terbunuhnya Warga di Bucha: Tuduhan Harus Berdasarkan Fakta
Ketika pasukan Rusia mulai menduduki Bucha, tak ada perlawanan berarti dari pasukan Ukraina.
Pemerintah setempat dan pasukan pertahanan lekas meninggalkan tempat itu.
“Secara teknis, kami tak punya pasukan pertahanan teritorial (di Bucha), yang kami punya adalah orang-orang yang memutuskan bersatu. Orang-orang meminta senjata (ke pusat pendaftaran pasukan) lalu mempertahankan diri sendiri, tetapi mereka tidak tahu ke mana harus pergi,” kata Kateryna kepada Meduza.
Kateryna mengaku, warga mulai bersembunyi ke ruang bawah tanah (rubanah) usai daerah itu dihujani atileri.
Ia mengaku tinggal di sebuah gedung bersama beberapa orang lain selama pendudukan.
Pasalnya, gedung apartemennya rusak akibat serangan Rusia.
“Kami membawa semua lansia dan anak-anak ke bawah tanah. Tinggal di rubanah dimulai sejak hari pertama perang. Kami membawa semua yang dibutuhkan, mengumpulkan air, dan membuat ruangan senyaman mungkin bagi kehidupan manusia,” lanjut Kateryna.
Kateryna menyebut pasukan Rusia menggelar operasi “pembersihan” di Bucha.
Mereka mengincar veteran perang Donbass, pertempuran melawan kelompok separatis di timur Ukraina yang meletus sejak 2014.
Meskipun demikian, ia juga mengaku mendengar adanya penembakan acak.
Ia menyebut pasukan Rusia betindak brutal di Bucha.
“Suatu ketika, tentara Rusia mengirim ransum kering mereka ke orang-orang di sebuah rubanah, lalu mereka melempar granat ke dalamnya. Itu terjadi. Namun saya tidak punya data mengenai korban dari cerita itu,” kata Kateryna.
“Dalam salah satu ‘operasi pembersihan’ mereka (Rusia), mereka takut pergi ke kegelapan rubanah di sebuah kompleks apartemen. Jadi mereka melempar granat ke dalam. Secara kebetulan, tidak ada yang tewas,” imbuhnya, mengisahkan insiden terpisah.
Baca Juga: Jerman Sebut Pembantaian Bucha Telah Berlangsung sejak 10 Maret saat Diduduki Pasukan Rusia
Kateryna menyebut pasukan Rusia gencar merazia rumah-rumah warga untuk mencari veteran perang Donbass.
Sebagian warga bahkan rela menyerahkan tetangga sendiri kepada tentara Rusia.
Tetapi ia menegaskan tidak semua tentara Rusia bertindak brutal.
Pasukan Rusia dari unit yang berbeda-beda menunjukkan sikap yang berbeda pula.
Unit yang diterjunkan ke tengah kota bahkan merawat warga setempat dan menyumbangkan bahan bakar ke rumah sakit.
Kateryna mengaku warga kekurangan makanan, obat-obatan, serta tanpa listrik selama diduduki pihak Rusia.
Ia menduga terdapat warga yang mati bukan karena dieksekusi, tetapi karena kekurangan makanan.
“Ketika seseorang mati dalam bombardir musuh, itu bisa dimengerti karena itu perang. Namun, ketika warga sipil mati karena mereka tidak punya makanan, air, atau obat-obatan, itu berbeda. Bahkan perang punya aturan sendiri,” katanya.
Baca Juga: Rusia Tuduh Ukraina ‘Rekayasa’ Pembantaian Bucha, Setelah Pemeriksaan Fakta, Klaim Moskow Terbantah
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.