Dia mengatakan akhir pekan lalu, Jepang harus memperoleh kemampuan untuk menyerang "pusat" negara musuh dan berpendapat pengeluaran pertahanan yang lebih besar akan membantu menghindari bentrokan dengan China.
"Tidak ada negara di dunia yang akan mempertaruhkan nyawa untuk membela negara yang tidak melakukan upaya untuk pertahanannya sendiri," kata Abe menurut penyiar NHK.
Abe sebelumnya mengusulkan debat tentang "berbagi nuklir", seperti sistem yang memungkinkan anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara menjadi tuan rumah senjata nuklir Amerika Serikat.
Kishida, yang berasal dari Hiroshima, satu dari hanya dua kota yang mengalami serangan nuklir, menutup gagasan itu, dengan mengatakan itu akan melanggar prinsip-prinsip Jepang yang melarang memiliki, memproduksi atau mengizinkan senjata nuklir.
Baca Juga: Rudal Korea Utara Mendarat di Laut Jepang, Situasi Kian Tegang
Kementerian Luar Negeri China mengatakan proposal pembagian nuklir Abe "sepenuhnya mengungkap kecenderungan berbahaya dari militerisme yang tersisa" di Jepang, yang menginvasi daratan China dan memerintah Taiwan selama setengah abad sebagai bagian dari ekspansi kekaisarannya di seluruh Asia.
Menteri Luar Negeri Wang Yi secara terpisah menegaskan kembali komitmen China untuk resolusi damai atas Taiwan, mengatakan bulan lalu bahwa perselisihan atas pulau yang diperintah secara demokratis itu "tidak sebanding sama sekali" dengan Ukraina.
Moskow membalas sanksi Tokyo dalam beberapa pekan terakhir dengan membatalkan pembicaraan di Kepulauan Kuril, yang dikenal di Jepang sebagai Wilayah Utara, yang direbut oleh pasukan Soviet pada hari-hari memudarnya Perang Dunia Kedua. Rusia juga melakukan latihan militer di pulau-pulau itu.
Menteri Pertahanan Jepang Nobuo Kishi, mengatakan kepada wartawan hari Selasa (5/4/2022) bahwa kementerian yang dia pimpin menginginkan tambahan dana untuk peningkatan "drastis" pertahanan negara.
Kishi, saudara laki-laki Abe, menyebut target NATO menganggarkan 2 persen dari produk domestik bruto, atau kira-kira dua kali lipat anggaran Jepang, akan "bermakna".
Baca Juga: Bicara ke Parlemen Jepang, Zelensky Minta Negara-Negara Asia Ikut Beri Sanksi Rusia
Mitra koalisi LDP, Komeito, mengambil posisi lebih berhati-hati dan menolak perbandingan antara Jepang dan Jerman, yang telah mencapai target anggaan pertahanan 2 persen dari PDB.
"Kita harus mengamankan anggaran yang sebenarnya dibutuhkan untuk keamanan nasional," kata Sekretaris Jenderal Komeito Keiichi Ishii dalam sebuah wawancara pekan lalu.
"Menggandakan itu (anggaran pertahanan) tidak mungkin. Jepang punya utang lebih dari 1.000 triliun yen, jadi saya pikir situasinya berbeda dengan negara lain.
Jepang melakukan lebih dari banyak rekan-rekan Eropanya untuk mengelola pertahanannya sejak akhir Perang Dingin, berada di urutan kelima dalam peringkat Global Firepower, dibandingkan dengan Jerman ke-16.
Masih banyak yang bisa dilakukan Jepang untuk keamanannya sendiri dengan memperkuat aliansi AS, kata Dr Brad Glosserman, profesor tamu di Pusat Strategi Pembuatan Aturan di Universitas Tama di Tokyo.
Glosserman menyebut rencana kontingensi di Taiwan, dan kerjasama yang lebih baik dengan Korea Selatan sebagai kemungkinan.
"Setiap pemerintahan AS termasuk yang satu ini menginginkan agar Jepang belanja lebih banyak," katanya.
"Mereka tidak akan sepenuhnya seperti Berlin, mereka tidak akan melakukan lompatan besar itu. Tapi Anda bisa melihat lebih banyak anggaran."
Sumber : Kompas TV/Bloomberg/Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.