Kompas TV internasional kompas dunia

Ramadan di Timur Tengah Dihantui Meroketnya Harga-Harga akibat Perang Rusia-Ukraina

Kompas.tv - 3 April 2022, 21:22 WIB
ramadan-di-timur-tengah-dihantui-meroketnya-harga-harga-akibat-perang-rusia-ukraina
Warga berbuka puasa dengan takjil pada hari pertama Ramadan di Masjid Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani di Baghdad, Irak, Sabtu (2/4/2022). (Sumber: Hadi Mizban/Associated Press)
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim | Editor : Edy A. Putra

KAIRO, KOMPAS.TV - Muslim di kawasan Timur Tengah menyambut hadirnya bulan suci Ramadan mulai akhir pekan ini. Negara-negara Arab umumnya menetapkan 1 Ramadan 1443 Hijriyah jatuh pada Sabtu (2/4/2022) kemarin.

Peringatan Ramadan kali ini pun disambut sukacita seiring meredanya pandemi Covid-19 di kawasan itu. Namun, peristiwa besar lain ganti mengganggu peringatan Ramadan.

Perang Rusia-Ukraina yang meletus sejak Februari lalu memicu kenaikan harga-harga selama bulan suci.

Invasi Rusia menyebabkan meroketnya harga bahan bakar minyak (BBM) yang diikuti kenaikan harga-harga kebutuhan pokok.

Tingginya konsumsi gandum di Timur Tengah pun membuat situasi semakin sulit. Pasalnya, Rusia dan Ukraina, dua negara yang terlibat perang, merupakan eksportir gandum penting bagi Timur Tengah.

Harga-harga makanan yang meroket menghantui warga di daerah-daerah bekas konflik seperti Lebanon, Irak, Suriah, Sudan, serta Yaman.

Baca Juga: Musim Umrah Tiba, Arab Saudi Perketat Aturan Pemakaian Masker di Masjidil Haram

Negara-negara Timur Tengah selama ini bergantung pada impor gandum dan jelai yang digunakan untuk membuat mi dan roti subsidi. Rusia dan Ukraina sendiri menyumbang sepertiga ekspor global dua komoditas tersebut.

Selain itu, Rusia dan Ukraina juga memproduksi produk biji-bijian lain serta minyak biji bunga matahari yang digunakan untuk memasak.

Di Mesir, terganggunya stok impor gandum akibat perang berpengaruh besar pada harga pangan selama Ramadan. Jatuhnya nilai tukar paun Mesir pun membuat harga-harga semakin meroket.

Dalam keadaan harga pangan meroket, takjil gratis yang disebar di jalanan dan masjid pun cukup membantu bagi kaum papa.

“Ini (takjilan) dapat membantu dalam situasi semacam ini. Rakyat lelah dengan harga-harga yang naik,” kata Rabei Hassan, muazin di sebuah masjid di Giza, kota terbesar kedua Mesir.

Meskipun demikian, meroketnya harga-harga tak mengurangi antusiasme masyarakat menyambut Ramadan. Seperti biasanya, jalanan di Kairo dan kota-kota lain didekorasi sedemikian rupa untuk menyambut bulan suci.

Baca Juga: Kunafa, Kue Tradisional Khas Mesir saat Ramadan yang Lezat

Terlebih lagi, umat mendapat kelegaan dengan dibolehkannya tarawih berjamaah. Selama dua tahun terakhir, pandemi membuat kerumunan orang berjumlah besar dilarang, termasuk tarawih berjamaah di masjid.

“Itu adalah masa-masa sulit. Ramadan tanpa tarawih bukanlah Ramadan,” kata Said Abdul-Rahman, pensiunan guru yang menjadi jemaah Masjid Al-Azhar, Kairo.

Di seberang Laut Tengah, Lebanon, dampak perang Rusia-Ukraina pun memperburuk krisis ekonomi. Dampak perang memperparah kekurangan pasokan listrik, bahan bakar, serta obat-obatan yang telah melanda negara itu.

Meroketnya harga-harga juga dirasakan warga Irak. Warga terpaksa menyambut Ramadan dengan berhati-hati menentukan buka puasa. Pasalnya, harga minyak goreng, tepung, dan bahan pokok lain meroket hingga dua kali lipat atau lebih.

“Kami, orang Irak, menggunakan banyak tepung dan minyak goreng. Hampir pada setiap masakan. Jadi bagaimana keluarga beranggotakan lima orang bisa bertahan (di tengah meroketnya harga)?” kata Suhaila Assam, seorang pensiunan guru.

Akeel Sabah, seorang distributor tepung di pasar Jamila, Baghdad, menyebut tepung dan bahan pangan hampir semuanya diimpor, sehingga mesti ditebus distributor dengan dolar.

Sabah menyebut satu ton tepung biasanya dibeli dengan harga 390 dolar AS.

“Sekarang saya harus membayar satu ton (tepung) dengan 625 dolar AS,” katanya.

“Devaluasi mata uang (Irak) tahun lalu sudah meningkatkan harga-harga, tetapi dengan krisis yang baru ini (Ukraina), harga-harga meroket. Para distributor kehilangan jutaan,” imbuhnya.

Ramadan dengan bayang-bayang krisis ekonomi juga menghantui warga Palestina di Jalur Gaza. Jutaan warga di wilayan ini telah merasakan kesulitan ekonomi akibat blokade Israel-Mesir sejak 2007.

Kini, ditambah perang Rusia-Ukraina, harga-harga melonjak semakin tinggi.

Warga Palestina pun mesti memperingati Ramadan dengan ancaman keamanan. Insiden kekerasan di Tepi Barat dan sekitarnya meningkat sejak Maret lalu.

Pada 2021 silam, Ramadan di Palestina juga dihantui kekerasan perang 11 hari antara Hamas dan Israel. 

Baca Juga: Suasana Khidmat Tarawih Hari Pertama Ramadan di Masjidil Haram Mekah

 




Sumber : Associated Press




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x