Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov pada Senin (28/3/2022) mengatakan, kedua presiden bisa bertemu, tetapi hanya setelah elemen kunci dari kesepakatan sudah berhasil dirundingkan.
“Pertemuan itu diperlukan setelah kami memiliki kejelasan mengenai solusi untuk semua masalah utama,” kata Lavrov dalam sebuah wawancara dengan media Serbia.
Dia menuduh Ukraina hanya ingin "meniru perundingan," sementara Rusia membutuhkan hasil nyata.
Dalam pidato video semalam untuk bangsanya, Zelenskyy mengatakan Ukraina mencari perdamaian "tanpa penundaan" dalam pembicaraan yang akan berlangsung di Istanbul.
Sambil mengatakan, “kedaulatan Ukraina dan integritas teritorial tidak diragukan lagi.”
Zelenskyy juga menyarankan kompromi mungkin dilakukan atas “pertanyaan kompleks Donbas.”
Baca Juga: China Salahkan NATO-AS atas Perang Ukraina: Hanya Kami yang Mau Mendengar Rusia
Moskow baru-baru ini mengatakan fokus mereka sekarang adalah mengamankan wilayah timur Ukraina.
Zelenskyy mengatakan, Ukraina tidak akan mencoba untuk merebut kembali seluruh Donbas atau Donetsk dan Lugansk, yang menjadi tempat pertempuran antara pemberontak dan pasukan Ukraina sejak 2014. Karena itu akan "mengarah ke Perang Dunia III."
Tidak jelas bagaimana kompromi yang dinyatakan Zelenskyy akan sejalan dengan prinsip untuk mempertahankan integritas teritorial Ukraina.
Sementara Rusia dan Ukraina juga tetap memiliki poin-poin yang masih jauh dari kesepakatan dalam perundingan damai tersebut.
Zelenskyy mengatakan, kompromi apa pun pada Donbas atau kesepakatan tentang netralitas harus dputuskan melalui referendum Ukraina setelah pasukan Rusia mundur, sementara Moskow ingin mereka segera disegel dalam kesepakatan.
Pembicaraan sebelumnya, baik melalui video maupun secara langsung, gagal membuat kemajuan dalam mengakhiri perang yang berlangsung lebih dari sebulan yang menewaskan ribuan orang serta mengusir lebih dari 10 juta warga Ukraina dari rumah mereka – termasuk hampir 4 juta orang harus mengungsi keluar Ukraina.
Kota pelabuhan Mariupol yang saat ini terkepung, wali kota mengatakan, setengah dari populasi sebelum perang lebih dari 400.000 telah melarikan diri, sering kali di bawah tembakan, selama berminggu-minggu penembakan.
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.