LVIV, KOMPAS.TV - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy hari Minggu, (27/3/2022) menuduh Barat pengecut, sementara komandan intelijen militer Ukraina mengatakan Rusia berusaha membagi negara itu menjadi dua, seperti Korea Utara dan Korea Selatan, seperti dilaporkan Associated Press, Senin, (28/3/2022)
Zelenskyy dengan putus asa meminta jet tempur dan tank untuk tetap mempertahankan negaranya melawan pasukan invasi Rusia.
Rusia sekarang mengatakan fokus utamanya adalah mengambil kendali wilayah Donbas, yaitu Donetsk dan Lugansk, semakin meningkatkan kekhawatiran akan perpecahan Ukraina.
Zelenskyy mengecam “ping-pong Barat tentang siapa dan bagaimana seharusnya menyerahkan jet” dan senjata lainnya, sementara serangan rudal Rusia terus menghantam sehingga membunuh dan menjebak warga sipil.
“Saya sudah berbicara dengan para pembela Mariupol hari ini. Saya terus berhubungan dengan mereka. Tekad, kepahlawanan, dan keteguhan mereka mencengangkan,” kata Zelenskyy dalam sebuah pidato video, merujuk pada kota selatan yang terkepung yang telah mengalami beberapa kekurangan dan kengerian perang terbesar.
"Bila saja mereka yang 31 hari terakhir memikirkan bagaimana menyerahkan lusinan jet tempur dan tank memiliki satu persen saja keberanian mereka,"
Invasi Rusia ke Ukraina saat ini terhenti di banyak wilayah. Media Barat melaporkan, tujuan Rusia untuk segera mengepung ibu kota, Kyiv, dan memaksa penaklukan telah goyah melawan perlawanan keras Ukraina, yang didukung senjata dari AS dan sekutu Barat lainnya.
Baca Juga: Erdogan Tuan Rumah Perundingan Lanjutan Rusia dan Ukraina pada 29-30 Maret, Istanbul Jadi Lokasinya
Zelenskyy menandatangani undang-undang hari Minggu yang melarang pelaporan pergerakan pasukan dan peralatan yang belum diumumkan atau disetujui oleh militer.
Wartawan yang melanggar hukum bisa menghadapi tiga sampai delapan tahun penjara. Undang-undang tidak membedakan antara wartawan Ukraina dan asing.
Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan pasukan Rusia dari Timur dan Utara berusaha mengepung pasukan Ukraina yang menghadapi dua daerah yang dikuasai separatis di timur negara itu sehingga akan memotong sebagian besar militer Ukraina dari bagian lain negara itu.
Moskow mengklaim fokusnya adalah merebut seluruh wilayah Donbas timur, yang sebagian dikendalikan separatis yang didukung Rusia sejak 2014.
Seorang pejabat tinggi militer Rusia hari Jumat, (25/3/2022) mengatakan pasukan sedang dialihkan ke timur dari bagian lain negara itu.
Rusia mendukung pemberontak separatis di Lugansk dan Donetsk sejak pemberontakan meletus di sana tak lama setelah Moskow mengintegrasikan Semenanjung Krimea dari Ukraina ke dalam Federasi Rusia.
Dalam pembicaraan dengan Ukraina, Moskow menuntut Kyiv mengakui kemerdekaan Donetsk dan Luhansk.
Kyrylo Budanov, kepala intelijen militer Ukraina, menuduh Rusia berusaha memecah Ukraina menjadi dua, membuat perbandingan dengan Korea Utara dan Korea Selatan.
Baca Juga: Zelensky Siap Bicarakan Status Netral Ukraina Demi Perjanjian Damai dengan Rusia, tapi Ada Syaratnya
“Para penjajah akan mencoba menarik wilayah yang diduduki menjadi satu struktur kuasi-negara dan mengadunya dengan Ukraina yang merdeka,” kata Budanov dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Kementerian Pertahanan.
Budanov meramalkan perang gerilya oleh Ukraina akan menggagalkan rencana tersebut.
Zelenskyy, mengulangi pernyataan yang dia katakan sebelumnya, mengatakan kepada wartawan independen Rusia hari Minggu bahwa pemerintahnya akan mempertimbangkan untuk menyatakan netralitas dan menawarkan jaminan keamanan ke Rusia. Itu termasuk menjaga Ukraina bebas nuklir, kata Zelenskyy.
Ukraina mengatakan untuk mengalahkan Rusia, Barat harus menyediakan jet tempur dan bukan hanya rudal dan peralatan militer lainnya.
Sebuah proposal untuk mentransfer pesawat Polandia ke Ukraina melalui Amerika Serikat dibatalkan di tengah kekhawatiran NATO bahwa tindakan itu bisa menyeret langsung NATO konflik terbuka dengan Rusia.
Dalam sambutannya yang tajam, Zelenskyy menuduh pemerintah Barat “takut untuk mencegah tragedi ini. Takut untuk membuat keputusan begitu saja.”
Juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Mayor Jenderal Igor Konashenkov memastikan Rusia menggunakan rudal jelajah yang diluncurkan dari udara untuk menghantam depot bahan bakar dan pabrik pertahanan di Lyiv, sekitar 75 kilometer dari perbatasan Polandia.
Konashenkov mengatakan serangan lain dengan rudal yang diluncurkan dari laut menghancurkan sebuah depot di Plesetske di sebelah barat Kyiv, tempat Ukraina menyimpan rudal pertahanan udara.
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.