“Selama 20 tahun, Putin menciptakan stabilitas di Rusia. Petugas FSB, polisi, Kejaksaan Negeri, dan sejumlah orang di dalam sistem bisa hidup dengan baik,” kata Osechkin.
Baca Juga: Donald Trump Sesumbar Bakal Ancam Rusia dengan Kapal Selam Nuklir jika Masih Jadi Presiden AS
“Namun, setiap pekan dan bulan sejak perang berlanjut, kemungkinan pemberontakan oleh pihak yang berada di badan keamanan semakin meningkat,” tambahnya.
Sumber Osechkin diyakini berasal dari departemen analisis FSB.
Putin pun kini dipercaya kian khawatir dengan sekutu dekat dan juga rekannya, Menteri Pertahanan Sergei Shiogu, yang bertanggung jawab atas operasi militer yang terhenti.
Rekan Putin lainnya, Kepala FSB Alexander Bortnikov dirumorkan sebagai calon pengganti jika Putin jatuh karena kudeta, saat ini dikabarkan tengah berada dalam tekanan sang presiden.
Begitu juga dengan Kepala Staf Jenderal Angkatan Bersenjata Rusia, Valery Gerasimov.
Baca Juga: Anggota DPR AS Hina Zelensky Koruptor, Dikecam Partainya Sendiri
Target kemarahan Putin lainnya adalah Igor Kostyukov, Wakil Kepala Staf Jenderal.
Pakar Keamanan Rusia, Andrei Soldatov mengatakan kontraintelijen militer sedang menyelidiki FSB, terkait kemungkinan adanya kudeta kepada Putin.
“Hal itu berarti, pada akhirnya masyarakat di Moskow mulai mempertanyakan kenapa intelijen AS begitu akurat. Kontraintelijen kebanyakan tentang memburu mata-mata, mengenali sumber kebocoran,” katanya.
“Kini Putin tampaknya semakin marah, bukan karena inteloijen yang buruk tetapi juga penampilan buruk di Ukraina, serta atas sumber dari intelijen AS atas penyerangan, dan mengapai intelijen AS begitu bagus sebelum invasi, dan mengapa Amerika tahu banyak tentang apa yang akan datang,” tambahnya.
Sumber : Mirror
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.