Baca Juga: Bikin Bergidik, Inilah Senjata Strategis Rusia Termasuk Rudal Hipersonik Nuklir Jarak Jauh
“Jika kita ingin mengejar kesetaraan, kita perlu mendukung upaya ini dengan lebih banyak uang, waktu, dan bakat daripada kita sekarang,” katanya.
Invasi Rusia ke Ukraina menjadi latar belakang Pentagon merilis proposal anggarannya, yang menjabarkan tujuan mereka membangun hipersonik dan sistem senjata lainnya, akhir bulan ini.
Tiga kapal perusak kelas Zumwalt siluman yang akan dilengkapi dengan senjata baru itu punya banyak ruang untuk menampung rudal hipersonik, berkat kegagalan desain yang ternyata menguntungkan Angkatan Laut Amerika Serikat dalam hal ini.
Kapal-kapal itu dibangun di sekitar sistem senjata yang seharusnya menggunakan proyektil berpemandu GPS, yang didorong roket untuk menghantam target 90 mil (145 kilometer) jauhnya.
Tetapi proyektil itu terbukti terlalu mahal, dan Angkatan Laut Amerika Serikat membatalkan sistem tersebut, meninggalkan masing-masing kapal dengan sistem penampungan senjata yang tidak berguna dan sepasang senjata 155 mm yang tersembunyi di menara sudut.
Retrofit ketiga kapal tersebut berkemungkinan akan menelan biaya lebih dari 1 miliar dolar, tetapi akan memberikan kemampuan baru bagi kapal perusak berpenggerak listrik yang sarat teknologi dan telah menelan biaya 23,5 miliar dolar bagi Angkatan Laut AS untuk merancang dan membangunnya, kata Bryan Clark, seorang analis pertahanan di Hudson Institute.
“Tekniknya tidak terlalu sulit. Hanya perlu waktu dan uang untuk mewujudkannya, ”kata Clark.
Baca Juga: Rusia Produksi Massal Rudal Hipersonik Zirkon, Putin Sebut Tak Terkalahkan
Angkatan Laut AS bermaksud untuk menempatkan senjata hipersonik di kapal perusak pada tahun fiskal 2025 dan pada kapal selam serang bertenaga nuklir kelas Virginia pada tahun fiskal 2028, kata Angkatan Laut AS.
Kapal-kapal perusak itu akan berpangkalan di Samudra Pasifik, di mana mereka akan menjadi penghalang bagi China, jika negara itu semakin berani dengan serangan Rusia ke Ukraina dan mempertimbangkan untuk menyerang Taiwan, kata Clark.
Fokus Amerika Serikat pada senjata hipersonik merupakan titik balik, setelah ragu-ragu di masa lalu karena rintangan teknologi. Musuh Amerika Serikat, sementara itu, melanjutkan penelitian dan pengembangan.
Rusia menembakkan salvo rudal jelajah hipersonik Tsirkon pada akhir Desember, menandakan selesainya pengujian senjata.
Tetapi Rusia mungkin melebih-lebihkan kemampuan senjata super tersebut untuk mengimbangi kelemahan di bidang lain, kata Loren Thompson, seorang analis pertahanan di Institut Lexington.
Untuk saat ini, Rusia tidak memiliki banyak senjata, dan tidak jelas seberapa efektif senjata-senjata baru mereka, katanya.
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.