Setelah itu, pertempuran di Krimea dan kawasan Donbass pecah. Tahun ini menjadi momen konsolidasi neo-Nazi Ukraina di bawah bendera paramiliter Batalion Azov.
Batalion Azov ikut memerangi kelompok separatis di Donetsk dan Luhansk. Moskow pun menggunakan keberadaan kelompok itu untuk menancapkan klaim Nazi-nya lebih jauh.
Selain itu, Rusia juga mengungkit peran sejumlah nasionalis Ukraina yang menjadi kolaborator Nazi Jerman pada Perang Dunia Kedua.
Pada 1941, ketika Ukraina diduduki Nazi Jerman, museum Holocaust Yad Vashem menyebut sejumlah nasionalis Ukraina bekerja sama dengan Nazi, sebagian karena demi menantang dominasi Uni Soviet.
Kolaborator Nazi Jerman sendiri tidak hanya khusus berada di Ukraina. Sejarawan menyebut kolaborasi seperti ini juga terjadi di tempat-tempat lain.
Sejak Revolusi Maidan 2014, sebagian politikus Ukraina pun mengglorifikasi peran nasionalis Ukraina dalam Perang Dunia Kedua, menantang narasi pemerintahan Soviet. Mereka juga mengesampingkan peran sebagian nasionalis sebagai kolaborator Nazi.
Akan tetapi, hal tersebut tak serta-merta klaim Ukraina menjadi negara Nazi valid.
“Jika membicarakan setiap aspek pembentuk Nazisme, tidak ada yang kejadian di Ukraina. Ambisi teritorial, terorisme yang disokong negara, antisemitisme yang merajalela, fanatisme, kediktatoran; tidak ada yang seperti itu (di Ukraina). Jadi (klaim Nazi oleh Rusia) sepenuhnya hanyalah fiksi,” kata profesor sejarah di Universitas Ibrani Yerusalem, Jonathan Dekel-Chen kepada Associated Press.
Upaya Vladimir Putin menarik-ulur sejarah demi kepentingan politik disebut sebagai tren yang juga terlihat di berbagai negara lain. Narasi Putin dipandang sebagai bagian fenomena ketika berbagai pemerintahan berupaya mempromosikan narasi sejarah versi nasionalis yang bertentangan dengan pengetahuan umum.
Baca Juga: Perang Rusia-Ukraina: Kisah Evakuasi Sembilan WNI yang Terjebak di Chernihiv
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.