DAMASKUS, KOMPAS.TV — Presiden Suriah Bashar Assad berada di Uni Emirat Arab (UEA) pada Jumat (18/3/2022), menandai kunjungan pertamanya ke negara Arab sejak perang saudara Suriah meletus pada 2011, seperti dilansir Associated Press, Sabtu (19/3/2022).
Dalam sebuah pernyataan yang diposting di halaman media sosialnya, kantor presiden Suriah mengatakan, Assad bertemu Sheikh Mohamed bin Rashid Al Maktoum, wakil presiden dan perdana menteri UEA serta penguasa Dubai.
Keduanya membahas perluasan hubungan bilateral antara kedua negara.
Kunjungan tersebut mengirimkan sinyal yang paling jelas bahwa dunia Arab bersedia untuk terlibat kembali dengan presiden Suriah yang dulu dikucilkan.
Kunjungan itu terjadi dengan latar belakang perang yang berkecamuk di Ukraina di mana sekutu utama Assad, Presiden Rusia Vladimir Putin, melakukan serangan militer ke Ukraina dan sekarang masuk di minggu keempat, menghujani kota-kota Ukraina, termasuk ibu kota, Kiev.
Suriah mendukung invasi Rusia, menyalahkan Barat karena memprovokasi.
Suriah dikeluarkan dari Liga Arab yang beranggotakan 22 negara, dan diboikot oleh tetangga-tetangganya setelah konflik pecah 11 tahun lalu.
Ratusan ribu orang tewas dalam perang, dan menelantarkan setengah dari populasi Suriah. Sebagian besar wilayah Suriah hancur dan rekonstruksi akan menelan biaya puluhan miliar dolar AS.
Negara-negara Arab dan Barat umumnya menyalahkan Assad atas tindakan keras mematikan terhadap demonstrasi pada 2011 yang berkembang menjadi perang saudara dan mendukung oposisi pada hari-hari awal konflik.
Assad sangat jarang bepergian ke luar negeri selama berlangsungnya perang saudara Suriah, hanya mengunjungi Rusia dan Iran.
Teheran memberikan bantuan miliaran dolar kepada pemerintah Suriah dan mengirim petempur yang didukung Iran untuk bertempur bersama pasukan pendukung Assad.
Baca Juga: Rudal Israel di Suriah Tewaskan Dua Perwira Iran, Teheran Ikrarkan Pembalasan
Bantuan Iran, bersama dengan kekuatan udara Rusia, membantu membalikkan keadaan yang menguntungkan Assad.
Dengan perang yang menemui jalan buntu dan Assad memulihkan kendali atas sebagian besar wilayah Suriah berkat bantuan militer dari dua sekutunya, negara-negara Arab beringsut memulihkan hubungan dengan pemimpin Suriah itu dalam beberapa tahun terakhir.
UEA membuka kembali kedutaannya di Suriah pada akhir 2018 dalam tawaran Arab paling signifikan terhadap pemerintah Assad, meskipun hubungan tetap dingin.
Musim gugur yang lalu, menteri luar negeri UEA terbang ke Damaskus bertemu dengan Assad, menjadi kunjungan diplomat tinggi pertama negara itu sejak 2011.
Amerika Serikat, mitra dekat UEA, mengkritik kunjungan tersebut pada saat itu, dengan mengatakan tidak akan mendukung normalisasi apa pun dengan pemerintahan Assad.
Motif utama tawaran oleh negara-negara muslim Sunni di Teluk Persia adalah untuk menumpulkan keterlibatan musuh mereka, Iran, yang mayoritas Syiah dan pengaruhnya berkembang pesat dalam kekacauan perang Suriah.
Pemulihan hubungan, bagaimanapun, bisa menguntungkan kedua belah pihak.
Suriah sangat perlu meningkatkan hubungan dengan negara-negara kaya minyak karena ekonominya dicekik oleh sanksi Barat yang melumpuhkan dan karena menghadapi tugas rekonstruksi pascaperang.
Baca Juga: Pejabat AS Ungkap Rusia Rekrut Pejuang Suriah untuk Berperang di Ukraina
UEA juga merupakan rumah bagi ribuan warga Suriah yang bekerja di negara Teluk Arab dan mengirim uang kepada kerabat mereka di rumah.
Kantor berita WAM yang dikelola pemerintah UEA mengatakan, penguasa de facto negara itu, Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan, menyambut Assad di istananya di Abu Dhabi.
Pada pertemuan itu, Sheikh Mohammed mengungkapkan harapannya “kunjungan ini akan menjadi awal perdamaian dan stabilitas bagi Suriah dan seluruh wilayah.”
Laporan itu mengatakan, Assad memberi tahu Sheikh Mohammed tentang perkembangan terakhir di Suriah dan kedua pemimpin membahas kepentingan bersama di dunia Arab.
Assad dilaporkan meninggalkan UEA pada Jumat dari Abu Dhabi.
Sheikh Mohammed menekankan kepada Assad, Suriah tetap menjadi “pilar fundamental keamanan Arab” dan dia berharap UEA dapat memfasilitasi perkembangannya.
Para pemimpin juga membahas pentingnya “pemeliharaan integritas teritorial Suriah dan penarikan pasukan asing,” tambah laporan itu.
Pernyataan samar yang sama mengatakan, Sheikh Mohammed dari Dubai menegaskan keinginan UEA untuk “menemukan jalur baru kerja sama konstruktif” dengan Suriah dan tidak mengacu pada perang.
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.