Kompas TV internasional krisis rusia ukraina

13 Hari Tanpa Air dan Listrik, Warga Mariupol yang Dikepung Rusia Terancam Mati Kelaparan dan Sakit

Kompas.tv - 15 Maret 2022, 22:38 WIB
13-hari-tanpa-air-dan-listrik-warga-mariupol-yang-dikepung-rusia-terancam-mati-kelaparan-dan-sakit
Warga Mariupol, Ukraina berlindung dari bombardir Rusia di ruang bawah tanah, Minggu (6/3/2022). (Sumber: Evgeniy Maloletka/Associated Press)
Penulis : Vyara Lestari | Editor : Edy A. Putra

Serhii Kozyrkov, 40 tahun, seorang pastor yang meninggalkan Mariupol dua pekan lalu, juga berbagi cerita.

“Sangat sesak dan makanan tak cukup,” ujar Kozyrkov yang kini di Lviv.

“Orang-orang jatuh sakit karena sangat dingin dan semua berjejer seperti ikan pindang.”

Suhu malam hari di Mariupol dilaporkan bisa merosot hingga minus 5 derajat Celsius.

Ia masih berhubungan dengan satu keluarga yang terperangkap di basemen di Mariupol. Mereka, katanya, putus asa untuk meninggalkan kota itu. 

Pada Senin (14/3), konvoi sekitar 160 mobil warga berhasil keluar dari Mariupol. Itu tampaknya upaya evakuasi pertama yang berhasil setelah beberapa upaya serupa gagal karena buyarnya gencatan senjata yang telah disepakati.

Namun, tak ada bantuan kemanusiaan yang diizinkan masuk ke Mariupol. 

“Situasinya mengerikan. Tak ada cukup makanan, air, obat-obatan, insulin, makanan bayi. Semua orang punya kebutuhan spesifik,” ujar Sergei Orlov, wakil wali kota Mariupol.

“Kami menerima banyak telepon membutuhkan bantuan. Ada ibu yang anaknya hampir mati kelaparan. Ada lagi yang terjebak di basemen minta dijemput.”

“Sayangnya, kami tak bisa melakukan apa-apa,” imbuhnya lesu.

Baca Juga: Heroik, Tukang Roti Ukraina Bagikan Roti Gratis ke Warga di Kota yang Dikuasai Tentara Rusia

Menurut Orlov, mobil-mobil pengangkut pasokan telah menanti selama empat hari, namun tentara Rusia tak memperbolehkan mereka masuk. 

Dikepung bombardir nonstop tentara Rusia, sudah 13 hari warga Mariupol hidup tanpa listrik, air bersih dan gas.

Di basemen tempat berlindung warga, ada sebuah generator tempat mereka mengecas ponsel. Dari waktu ke waktu, warga pergi keluar untuk menelepon, lantaran tak ada sinyal di basemen.

Suara ledakan bertubi-tubi, dapat didengar oleh para warga yang berlindung di basemen. 

“Bombardir tak berhenti. Mereka sangat ketakutan,” kata Kozyrkov. 

“Orang-orang butuh koridor kemanusiaan (untuk dievakuasi),” kata Ponomareva.

“Kalau tidak, mereka akan mati pelan-pelan karena kelaparan dan kehausan.”
 




Sumber : BBC




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x