Penelitian tersebut memprediksi perang besar nuklir akan menimbulkan sangat banyak asap yang menutupi atmosfer, sehingga hanya 30-40% sinar matahari yang mencapai permukaan Bumi selama enam bulan pertama pasca-perang.
Baca Juga: Referendum Putuskan Belarus Kembali Menjadi Negara Nuklir dan Terima Pasukan Rusia Secara Permanen
Kemudian, penurunan temperatur yang besar mengikuti. Belahan bumi utara diprediksi dilanda cuaca dingin, temperatur di bawah titik beku bahkan pada musim panas.
Temperatur dingin akan bertahan hingga beberapa tahun setelah perang. Curah hujan pun turun hingga 50% mulai tahun ketiga atau empat.
Ilmuwan memperkirakan Bumi perlu waktu setidaknya satu dekade hingga segelintir iklim normal kembali setelah perang.
Akan tetapi, ketika iklim normal mulai muncul kembali, sebagian besar manusia di Bumi telah mati. Alasannya, bencana iklim akan merusak produksi pangan hingga lebih dari 90%, menimbulkan kelaparan global yang membunuh miliaran orang.
Di Rusia, berkurangnya pangan mencapai 99,7%. Sedangkan China 97,2%. Negara-negara anggota NATO pun tak kalah parah, yakni Inggris Raya 99,5%, AS 98,9%, dan Prancis 97,5%.
Apabila produksi pangan anjlok dengan jumlah seekstrem itu, hampir semua orang di negara-negara tersebut (yang selamat dari efek langsung ledakan) akan mati kelaparan.
Dua penelitian tentang skenario perang besar nuklir sama-sama berkesimpulan bahwa manusia kemungkinan besar tak akan punah kendati korban jiwa mencapai miliaran. Betapa pun, dampak perang besar nuklir masih kalah dari ledakan asteroid yang memusnahkan dua pertiga spesies Bumi pada zaman Kapur sekitar 65 juta tahun lalu.
Baca Juga: Penampakan Pembangkit Nuklir Zaporizhzhia Rusak Usai Diserang Rusia
Dengan kata lain, segelintir manusia akan sintas dari bencana perang nuklir dan kemungkinan berkembang biak mengisi kembali planet ini.
Mayoritas populasi manusia akan menderita kematian mengerikan akibat perang besar nuklir; baik itu karena kekuatan ledakan, terbakar, radiasi, atau kelaparan. Sehingga, peradaban manusia bisa dikatakan punah.
Segelintir manusia yang sintas akan hidup dalam planet yang hancur dan gersang.
Efek seperti kiamat ini membuat dua kekuatan nuklir utama di dunia, Rusia dan AS memahami bahwa dunia tidak bisa menanggung perang nuklir.
Sejak 1985, Sekjen Uni Soviet Mikhail Gorbachev dan Presiden AS Ronald Reagan telah bersepakat bahwa “perang nuklir tidak bisa dimenangkan dan harus tidak pernah terjadi.”
Ketetapan itu diteruskan masing-masing rezim hingga era Vladimir Putin dan Joe Biden kini. Itulah alasan kenapa NATO sangat hati-hati bersikap kendati perang semakin menghancurkan Ukraina.
Kedua pihak memahami bahwa konflik nuklir tidak bisa menyelamatkan siapa pun di Ukraina, sekadar melipatgandakan jumlah korban dari ribuan menjadi miliaran.
Baca Juga: Presiden Rusia Putin Perintahkan Pasukan Nuklir Bersiaga Tinggi
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.