Pertemuan tersebut merupakan pertemuan tripartit tingkat tinggi pertama antara Turki, Rusia, dan Ukraina, yang berlangsung di Provinsi Antalya selatan sebagai bagian dari upaya Turki untuk menengahi antara negara-negara yang bertikai.
Usai pertemuan, Menlu Turki Mevut Cavusoglu mendesak kedua negara membuka koridor kemanusiaan tanpa hambatan apa pun.
Sejak Rusia melancarkan serangannya ke Ukraina, Turki gencar melakukan upaya diplomatik aktif untuk menyatukan pihak-pihak terkait, kata Cavusoglu, menambahkan Presiden Recep Tayyip Erdogan melakukan 19 panggilan telepon ke rekan-rekannya untuk tujuan tersebut. "Saya juga melakukan sekitar 40 (telepon)," tambah Cavusoglu.
Menurut Menlu Turki, Menlu Ukraina Kuleba menginginkan pertemuan langsung antara Presiden Volodymyr Zelenskyy dan Presiden Vladimir Putin karena pertemuan itulah yang mengambil keputusan akhir.
Baca Juga: Erdogan Kecam Sanksi Ngawur ke Rakyat dan Kebudayaan Rusia, Umpamakan dengan Perburuan Penyihir
Delegasi Rusia dan Ukraina bertemu tiga kali di kota Brest Belarusia, yang terbaru pada hari Senin. Delegasi Moskow dipimpin penasihat presiden Rusia Vladimir Medinsky, sementara Kiev dipimpin Mikhail Podolyak, penasihat Zelenskyy.
Setelah pertemuan tersebut, Podolyak menyatakan di Twitter perundingan tersebut menghasilkan langkah-langkah "positif kecil" untuk membangun koridor kemanusiaan.
Turki mengakreditasi total 334 jurnalis lokal dan asing dari berbagai organisasi media dari 34 negara.
Mereka termasuk dari Ukraina dan Rusia, serta Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Israel, Jepang, Kanada, Belanda, dan Cina.
Moskow menuntut berbagai syarat untuk mengakhiri perang di Ukraina. Pertama, Rusia menuntut Ukraina mengamandemen konstitusinya agar menyatakan netralitas dengan tegas, di mana Kiev tidak akan bergabung dengan aliansi apa pun, khususnya NATO, dan mengakui Krimea adalah wilayah Rusia.
Pada Februari 2019, parlemen Ukraina menyetujui amandemen konstitusi yang mengabadikan keinginan Ukraina untuk bergabung dengan NATO.
Kiev ingin perang di wilayahnya berakhir dan pasukan Rusia mundur sepenuhnya dari tanah Ukraina, termasuk Krimea, Donetsk dan Lugansk.
Baca Juga: Erdogan Desak Putin untuk Gencatan Senjata dan Berdamai dengan Ukraina
Turki yang merupakan anggota NATO, memiliki hubungan dekat dengan Rusia dan Ukraina, dan saat ini sedang mencoba untuk menyeimbangkan hubungan dengan kedua negara. Turki memosisikan dirinya sebagai pihak yang netral, berusaha untuk memfasilitasi perundingan antara pihak-pihak yang bertikai.
Perang Rusia di Ukraina disambut dengan kemarahan dari dunia Barat di mana Uni Eropa, Inggris, dan Amerika Serikat, antara lain, memberlakukan berbagai sanksi ekonomi di Moskow.
Sedikitnya 516 warga sipil tewas dan 908 lainnya terluka di Ukraina sejak Rusia melancarkan perang melawan tetangganya, menurut angka PBB, dengan jumlah korban sebenarnya dikhawatirkan lebih tinggi.
Lebih dari 2,1 juta orang telah meninggalkan Ukraina ke negara-negara tetangga, menurut Badan Pengungsi PBB.
Sumber : Anadolu / RIA Novosti / CNN
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.