Kompas TV internasional krisis rusia ukraina

17 Orang Terluka dalam Serangan Rusia ke Rumah Sakit Bersalin di Mariupol

Kompas.tv - 10 Maret 2022, 06:21 WIB
17-orang-terluka-dalam-serangan-rusia-ke-rumah-sakit-bersalin-di-mariupol
Petugas kota menguburkan korban tewas akikat serangan Rusia di kuburan massal di pinggiran Mariupol, Ukraina, Rabu, 9 Maret 2022. Pada hari yang sama, Rusia menyerang rumah sakit bersalin di Mariupol, sedikitnya 17 orang terluka karena peristiwa ini. (Sumber: Foto AP/Evgeniy Maloletka)
Penulis : Tussie Ayu | Editor : Fadhilah

MARIUPOL, KOMPAS.TV - Serangan udara Rusia menghancurkan sebuah rumah sakit bersalin pada Rabu (9/3/2022) di Mariupol, Ukraina. Sedikitnya 17 orang terluka dalam serangan ini.

Saat terjadinya serangan, tanah berguncang hingga radius satu mil. Sebuah bangunan rusak parah akibat serangan ini.

Polisi dan tentara bergegas ke tempat kejadian untuk mengevakuasi korban, mereka membawa seorang wanita hamil yang terluka dengan menggunakan tandu.

Wanita lain meratap sambil memeluk anaknya. Di halaman rumah sakit, terlihat mobil yang hancur terbakar. 

“Hari ini Rusia melakukan kejahatan besar,” kata Volodymir Nikulin, seorang pejabat tinggi polisi regional, berdiri di reruntuhan rumah sakit.

“Ini adalah kejahatan perang tanpa pembenaran apa pun,” ujarnya seperti dikutip dari The Associated Press.

Baca Juga: Hollywood Menahan Rilis Film Bioskopnya di Rusia, Termasuk The Batman

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menulis di Twitter bahwa ada anak-anak di bawah reruntuhan rumah sakit itu dan ia menyebut serangan itu sebagai kekejaman.

Video yang dibagikan oleh Zelenskyy menunjukkan lorong-lorong rumah sakit yang tadinya dicat dengan warna-warna ceria kini dipenuhi dengan logam bengkok.

“Ada beberapa hal yang lebih bejat daripada menargetkan yang rentan dan tidak berdaya,” Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mentweet.

Ia menambahkan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin akan dimintai pertanggungjawaban atas kejahatannya yang mengerikan.

Sementara itu, pihak berwenang mengumumkan gencatan senjata pada Rabu pagi memungkinkan ribuan warga sipil melarikan diri dari kota-kota yang dibombardir seperti d sekitar Kiev serta kota-kota lain seperti Mariupol, Enerhodar, Volnovakha, Izyum dan Sumy.

Tidak diketahui apakah mereka bisa meninggalkan kota-kota itu. Namun, warga yang masih disana segera mengalir keluar dari pinggiran kota Kiev.

Banyak juga warga yang menuju pusat kota, ketika ledakan terdengar di ibu kota dan sirene serangan udara terdengar berulang kali.

Dari sana, para pengungsi berencana untuk naik kereta api menuju wilayah Ukraina barat tidak diserang.

Warga sipil yang meninggalkan pinggiran Kiev, Irpin, terpaksa menyeberang dengan menggunakan papan kayu licin dari jembatan darurat.

Pasalnya, Ukraina meledakkan jembatan beton yang mengarah ke Kiev beberapa hari lalu untuk memperlambat kemajuan Rusia.

Baca Juga: NATO Ingatkan Rusia Tak Boleh Serang Bantuan Militer ke Ukraina, Bisa Dianggap Deklarasi Perang

Dengan tembakan sporadis bergema di belakang mereka, seorang petugas pemadam kebakaran menyeret seorang lelaki tua ke tempat yang aman dengan gerobak dorong.

Seorang anak mencengkeram tangan seorang prajurit yang membantunya dan seorang wanita berjalan beringsut, menggendong kucing berbulu di dalam mantel musim dinginnya. 

Mereka berjalan dengan susah payah melewati sebuah van yang jatuh dengan kata-kata "Ukraina Kami" yang tertulis di debu yang melapisi jendelanya.

“Kami memiliki waktu singkat saat ini,” kata Yevhen Nyshchuk, anggota pasukan pertahanan teritorial Ukraina.

“Bahkan jika ada gencatan senjata sekarang, ada risiko tinggi peluru jatuh setiap saat.”

Upaya sebelumnya untuk membangun koridor evakuasi yang aman selama beberapa hari terakhir sebagian besar gagal karena serangan Rusia.

Namun Putin, dalam panggilan telepon dengan kanselir Jerman, menuduh militan nasionalis Ukraina yang menghambat evakuasi.

Di Mariupol, sebuah kota strategis berpenduduk 430.000 orang di Laut Azov, pihak berwenang bergegas menguburkan korban tewas dari pertempuran dua minggu terakhir di kuburan massal.

Pekerja kota menggali parit sepanjang sekitar 25 meter di salah satu kuburan tua kota dan membuat tanda salib saat mereka mendorong tubuh yang dibungkus karpet atau tas ke dalam lubang.

Baca Juga: Rusia Tegaskan Masih Ingin Negosiasi dengan Ukraina untuk Akhiri Perang

Sekitar 1.200 orang tewas dalam pengepungan kota selama sembilan hari, kata kantor Zelenskyy.

Di seluruh negeri, ribuan orang diperkirakan telah tewas, baik warga sipil maupun tentara, sejak pasukan Putin menyerbu.

PBB memperkirakan lebih dari 2 juta orang telah meninggalkan negara itu. Peristiwa ini merupakan eksodus pengungsi terbesar di Eropa sejak akhir Perang Dunia II.




Sumber : Associated Press




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x