Uni Afrika di Nairobi hari Senin, (28/2/2022) mengatakan setiap orang memiliki hak untuk melintasi perbatasan internasional untuk menghindari konflik.
Badan yang menaungi negara-negara di benua Afrika itu mengatakan "laporan bahwa orang Afrika sengaja dipilih untuk diperlakukan secara berbeda sungguh sangat rasis dan itu melanggar hukum internasional."
Uni Afrika mendesak semua negara untuk "menunjukkan empati dan dukungan yang sama kepada semua orang yang menyelamatkan diri dari perang terlepas dari identitas rasial mereka."
Abdirahim Syleiman, mahasiswa kedokteran Kenya di Vinnytsia, Ukraina, kepada Associated Press mengatakan, orang Ukraina diizinkan masuk dan orang asing dipisahkan ke satu sisi tanpa memandang ras. Ada beberapa warga Inggris yang ada di sana, saya menghitung dua pria Skotlandia di sana dan itu seperti terpisah antara warga asing dan warga Ukraina, dan mereka diperlakukan secara berbeda."
Axel Ebalanke, mahasiswa administrasi publik Kongo di Kharkiv kepada Associated Press mengatakan, "Kami tidak datang ke Ukraina sebagai pencari suaka, kami datang sebagai mahasiswa asing dan kami membayar semuanya, agar kami dapat tinggal di sana."
Baca Juga: KBRI Bucharest Terima 25 WNI, 85 dari Kyiv dalam Perjalanan ke Perbatasan
Axel kemudian ditanya tentang perawatan yang dia terima di perbatasan Ukraina. "Kami ditempatkan di udara beku selama berjam-jam, dari jam 8 malam sampai jam 6 pagi dan bus-bus lewat begitu saja membawa orang-orang Ukraina ke perbatasan sementara kami diam, tidak bergerak. Ketika orang Ukraina lewat, mereka akan berhenti dan melakukan pemeriksaan dokumen. Ketika kami mencapai perbatasan, hanya untuk mendapatkan stempel keluar kami harus menunggu berjam-jam, dan sementara orang Ukraina memiliki hak untuk menggunakan bus, kami harus berjalan, kami benar-benar terkejut."
Ketika ditanya tentang siapa yang melakukan itu padanya, Axel berkata, "Polisi Ukraina, saya harus mengatakan yang sebenarnya."
Duta Besar Polandia untuk PBB Krzysztof Szczerski mengatakan di Majelis Umum PBB pada hari Senin pernyataan diskriminasi berbasis ras atau agama di perbatasan Polandia adalah “kebohongan total dan penghinaan yang mengerikan bagi kami.”
“Warga negara dari semua negara yang menderita agresi Rusia atau yang hidupnya dalam bahaya dapat mencari perlindungan di negara saya,” katanya.
Szczerski mengatakan orang-orang dari sekitar 125 kebangsaan telah diterima di Polandia pada Senin pagi dari Ukraina, termasuk Ukraina, Uzbekistan, Nigeria, India, Maroko, Pakistan, Afghanistan, Belarusia, Aljazair, dan banyak lagi.
Secara keseluruhan, katanya, 300.000 orang telah tiba selama krisis.
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.