Temuan yang diterbitkan hari Kamis melukiskan gambaran yang jauh lebih suram tentang tindakan pasukan Belanda.
“Selama perang, angkatan bersenjata Belanda menggunakan kekerasan ekstrem, terjadi sering dan secara struktural, dalam bentuk eksekusi tanpa pengadilan, perlakuan buruk dan penyiksaan, penahanan di bawah kondisi yang tidak manusiawi, pembakaran rumah dan desa, pencurian makanan dan perusakan harta benda, serangan udara yang tidak proporsional dan penembakan artileri, dan apa yang seringkali merupakan penangkapan massal secara acak dan penahanan massal,” seperti tertulis dalam penelitian tersebut.
Seluruh kekerasan tersebut juga melibatkan majikan politik dari angkatan bersenjata.
“Angkatan bersenjata Belanda sebagai institusi bertanggung jawab atas kekerasan yang mereka lakukan, termasuk kekerasan ekstrem. Namun, mereka beroperasi dalam konsultasi erat dengan dan di bawah tanggung jawab pemerintah Belanda,” dalam kesimpulan para peneliti.
Seorang perwakilan dari Institut Veteran Belanda mengkritik temuan tersebut.
“Hasil penyidikan menimbulkan rasa tidak nyaman dan kekhawatiran dalam diri saya, karena para veteran yang bertugas di bekas Hindia Belanda itu secara kolektif ditempatkan sebagai tersangka berkat kesimpulan yang tidak berdasar,” kata direktur lembaga itu, Paul Hoefsloot, dalam penyataan tertulis.
Hans van Griensven, ketua organisasi veteran Belanda lainnya, mengatakan kepada penyiar nasional NOS bahwa kekerasan itu tidak meluas seperti yang dikatakan.
“Tentu saja, ada yang tidak beres, seperti yang terjadi di setiap perang,” tambah Van Griensven. “Tetapi, secara umum, ada juga bantuan kemanusiaan, makanan didistribusikan, infrastruktur dibangun. Itu tidak dibahas dalam temuan."
Proyek penelitian, yang sebagian didanai oleh pemerintah Belanda, merupakan bagian dari perhitungan yang lebih luas dengan masa lalu kolonial Belanda.
Tahun lalu, Wali Kota Amsterdam meminta maaf atas keterlibatan kota itu dalam perdagangan budak dan Museum Nasional atau Rijksmuseum sejak pekan lalu membuka pameran tentang perang kemerdekaan Indonesia, dari kacamata rakyat Indonesia.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.