Moskow merilis beberapa rincian tentang penarikan pasukan, yang dalam beberapa hari terakhir diperkirakan sekitar 130.000 tentara.
Namun sejauh ini belum ada konfirmasi langsung dari luar Rusia. Ancaman kemungkinan invasi telah memicu salah satu krisis terburuk dalam hubungan Rusia dengan Barat sejak Perang Dingin.
Sekjen NATO Jens Stoltenberg di Brussel mengatakan belum ada "tanda-tanda deeskalasi di lapangan" tetapi ada "alasan untuk optimisme yang berhati-hati".
Pejabat Ukraina, sementara itu, mengatakan mereka membutuhkan lebih banyak bukti.
"Jika kami melihat penarikan (pasukan), kami akan percaya pada deeskalasi," kata Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba seperti dikutip oleh Interfax-Ukraine.
Prancis juga menyambut sinyal Rusia menarik kembali sebagian pasukannya tetapi mendesak Moskow untuk mengambil tindakan yang lebih konkret.
"Kata-katanya bagus; dan kami menunggu tindakan. Jika ada tindakan, itu akan lebih baik," kata Menteri Luar Negeri Jean-Yves Le Drian kepada parlemen.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan ada "tanda-tanda celah diplomatik" dengan Rusia, tetapi informasi intelijen tentang kemungkinan invasi "masih belum menggembirakan".
Baca Juga: Sepotong Harapan: Kremlin Pertimbangkan Jalur Diplomatik untuk Krisis Ukraina
Rusia selalu membantah punya rencana menyerang Ukraina, dengan mengatakan pihaknya dapat melatih pasukan di wilayahnya sendiri, di manapun yang dianggap cocok.
Rusia juga mendesak dibuatnya serangkaian jaminan keamanan dari Barat, termasuk jaminan Ukraina tidak akan pernah bergabung dengan NATO.
Putin mengatakan kepada wartawan bahwa Rusia tidak akan puas dengan pembicaraan bahwa bekas republik Soviet itu tidak siap untuk bergabung dalam waktu dekat dan menuntut agar masalah itu diselesaikan sekarang.
“Mengenai perang di Eropa ... tentang apakah kita menginginkannya atau tidak? Tentu saja tidak. Makanya kami mengajukan proposal untuk proses negosiasi, yang hasilnya harus berupa kesepakatan untuk memastikan keamanan yang sama bagi seluruh pihak, termasuk negara kita,” katanya.
Pengakuan Rusia untuk wilayah yang memisahkan diri dari Ukraina
Dalam langkah terpisah yang kemungkinan akan membuat marah Kiev, anggota parlemen Rusia pada Selasa mendesak Putin untuk mengakui dua wilayah yang memisahkan diri di Ukraina timur sebagai "negara berdaulat dan merdeka".
Ini akan memberi Rusia celah untuk meninggalkan kesepakatan perdamaian berdasarkan perjanjian Minsk untuk Ukraina timur, dan membuka peluang bagi Rusia untuk memindahkan pasukan sehingga memberi Putin keuntungan dalam negosiasi dengan Kiev di masa depan.
Uni Eropa "sangat" mengutuk langkah itu, dengan mengatakan tindakan tersebut akan melanggar perjanjian Minsk yang telah ditandatangani Moskow.
Rusia berulang kali menyalahkan Barat atas krisis Ukraina, dengan mengatakan Amerika Serikat dan Eropa Barat mengabaikan masalah keamanan Rusia.
Kremlin menegaskan NATO harus memberikan jaminan bahwa Ukraina tidak akan pernah diterima sebagai anggota dan menarik kehadiran pasukan NATO di beberapa negara Eropa timur dan negara bekas Uni Soviet.
Rusia telah menguasai Semenanjung Krimea yang direbutnya dari Ukraina pada 2014 dan mendukung pasukan separatis yang menguasai bagian timur Ukraina, dalam konflik yang merenggut lebih dari 14.000 nyawa.
Sumber : Kompas TV/France24
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.