Gadis-gadis di kelas 1 sampai kelas 6 sekolah dasar telah bersekolah, tetapi mereka yang berada di kelas yang lebih tinggi masih tidak bisa bersekolah di sebagian besar wilayah negara itu.
Taliban berjanji semua gadis akan bersekolah setelah tahun baru Afghanistan pada akhir Maret nanti. Universitas secara bertahap dibuka kembali dan universitas swasta serta sekolah tidak pernah ditutup.
Kemiskinan semakin dalam. Bahkan mereka yang memiliki uang pun kesulitan mengaksesnya.
Di bank, antrean panjang mengular karena penduduk menunggu berjam-jam, kadang-kadang bahkan berhari-hari, untuk menarik uang yang dibatasi hanya 200 dolar AS seminggu.
Lebih dari 9 miliar dolar AS aset Afghanistan di luar negeri dibekukan setelah pengambilalihan oleh Taliban.
Baca Juga: AS Alihkan Setengah Aset Afghanistan untuk Korban 9/11, Aktivis: Gedung Putih Maling!
Pekan lalu, Presiden Joe Biden menandatangani perintah eksekutif yang menjanjikan 3,5 miliar dari 7 miliar dolar aset Afghanistan yang dibekukan di Amerika Serikat, akan diberikan kepada keluarga korban serangan 9/11.
Sementara 3,5 miliar dolar AS lainnya akan dicairkan untuk bantuan kepada Afghanistan.
Warga Afghanistan di seluruh spektrum politik mengecam langkah Gedung Putih tersebut, menuduh Amerika Serikat mencuri uang milik rakyat Afghanistan.
Taliban selama ini berkampanye agar mendapat pengakuan internasional atas pemerintahan mereka yang seluruhnya laki-laki dan anggota Taliban, sementara mereka ditekan untuk menciptakan pemerintahan yang inklusif dan menjamin hak-hak perempuan serta agama minoritas.
Taliban kembali membuka kantor penerbitan paspor, yang dipadati ribuan orang setiap hari. Taliban telah berjanji kepada warga Afghanistan bahwa mereka dapat melakukan perjalanan tetapi hanya dengan dokumen yang tepat.
Mereka yang mencoba pergi tampaknya sebagian besar didorong oleh ketakutan akan ekonomi yang gagal atau keinginan untuk kebebasan yang lebih besar dalam masyarakat yang lebih liberal.
Beberapa pejabat yang terkait dengan mantan pemerintah yang didukung Amerika Serikat juga telah kembali. Salah satu yang kembali, mantan duta besar Omar Zakhilwal, mengatakan dia tidak menemukan adanya dendam dari Taliban.
Dia berharap Taliban akan "menunjukkan lebih banyak keberanian" untuk membuka diri dan menjamin suara minoritas dalam pemerintahan serta melangkah lebih jauh untuk menjamin hak-hak semua warga Afghanistan.
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.