WASHINGTON, KOMPAS.TV - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menelpon Presiden Rusia Vladimir Putin selama satu jam, Sabtu lalu (13/2/2022).
Melalui saluran jarak jauh itu, Biden mengatakan kepada Putin bahwa Barat akan menanggapi secara tegas setiap invasi yang bakal dilakukan Rusia ke Ukraina.
"Langkah seperti itu akan menghasilkan penderitaan yang meluas dan mengisolasi Moskow," ujar Biden, seperti dilaporkan Straits Times, Minggu (13/2/2022).
Pembicaraan Biden kepada Putin itu berlangsung sehari setelah Washington dan sekutunya memberikan peringatan kepada Rusia sebagai upaya mencegah permusuhan.
Karena militer Rusia sudah menggelar 100.000 tentara di perbatasan Ukraina yang dapat menyerang kapan saja.
Namun demikian, dari Moskow menampik peringatan itu sebagai "histeria."
Bahkan, dalam percakapan telepon itu pun tidak ada dari pihak Biden maupun Putin yang mengatakan ada terobosan.
Seorang pejabat senior pemerintahan Biden mengatakan, panggilan tersebut profesional dan substantif, walaupun tidak ada perubahan yang mendasar.
Di sisi lain, Kremlin mengatakan bahwa Putin berkata kepada Biden, Washington gagal mempertimbangkan kekhawatiran utama Rusia dan Rusia tidak menerima "jawaban substansial" pada elemen-elemen kunci pertanyaan Rusia.
Termasuk ekspansi NATO dan pengerahan pasukan ofensif NATO ke Ukraina.
Pejabat senior pemerintahan Biden mengatakan, tidak jelas apakah Putin berkomitmen pada diplomasi, bahkan ketika dia setuju untuk tetap berhubungan dengan Biden.
Sebagaimana diketahui, panggilan telepon itu terjadi ketika Israel, Portugal dan Belgia bergabung dalam daftar negara-negara yang telah mendesak warganya untuk segera meninggalkan Ukraina.
Baca Juga: Krisis Ukraina-Rusia Memanas, Warga Tenang-Tenang Saja
Sementara itu, pihak Departemen Luar Negeri AS pun memerintahkan sebagian besar staf kedutaannya untuk meninggalkan Ukraina.
Tanpa terkecuali bagi warga negara AS untuk keluar dari Ukraina dalam waktu 48 jam, sejak Jumat lalu.
Pihak Pentagon pun mengatakan, mereka juga menarik sekitar 150 tentara dari Ukraina.
Pada kesempatan lain, Presiden Prancis Emmanuel Macron juga menelpon Putin dan mengatakan bahwa negosiasi yang tulus tidak sesuai dengan peningkatan ketegangan di Ukraina.
Menurut pihak gedung putih, Biden akan membandingkan catatan Presiden Prancis yang berbicara dengan Putin tersebut.
Setelah panggilan Macron ke Putin, seorang pejabat Kepresidenan Prancis mengatakan, tidak ada indikasi dari apa yang dikatakan Putin kepada Macron bahwa Rusia sedang mempersiapkan serangan terhadap Ukraina.
“Kami tetap sangat waspada dan siaga terhadap postur (militer) Rusia untuk menghindari yang terburuk,” kata pejabat Prancis itu.
Ternyata, Putin pun berbicara dengan Alexander Lukashenko, pemimpin Belarusia, tetangga Ukraina yang terlibat dalam latihan militer besar dengan Rusia.
Baca Juga: 30 Kapal Perang Armada Laut Hitam Rusia Mulai Latihan Tempur di Semenanjung Krimea
Baca Juga: Putin Berpidato di Konferensi Keamanan Munich 15 Tahun Lalu, Manakah Prediksinya yang Benar Terjadi?
Pihak Rusia mengatakan, mereka memutuskan untuk mengoptimalkan jumlah staf diplomatiknya di Ukraina.
Sebab, khawatir akan provokasi oleh Kyiv atau pihak lain.
Di Kyiv, beberapa ribu orang Ukraina berpawai di pusat kota, hari Sabtu meneriakkan "Hidup Ukraina!" dan membawa spanduk yang mengatakan "Ukraina akan melawan dan penjajah harus mati".
Seorang pejabat AS menyatakan bahwa tidak ada yang tahu apa yang diputuskan Putin.
Tetapi langkah-langkah yang diambil Rusia di depan mata membuat mereka takut akan yang terburuk.
Biden kembali mengatakan kepada Putin, selama mereka dalam panggilan, Amerika Serikat mengutamakan diplomasi, tapi siap untuk dengan skenario lainnya pun.
Putin yang berebut pengaruh di Eropa pasca-Perang Dingin sedang mencari jaminan keamanan dari Biden untuk memblokir masuknya Kyiv ke NATO dan penyebaran rudal di dekat perbatasan Rusia.
Washington menganggap banyak usulan Rusia yang mustahil dibahas karena tidak mungkin dinegosiasikan.
Tetapi mendorong Kremlin untuk membahasnya bersama-sama dengan Washington dan sekutu Eropanya.
Moskow berulang kali membantah versi Washington dengan mengatakan mereka mengerahkan pasukan di wilayah kedaulatan Rusia.
Yakni dekat perbatasan Ukraina untuk menjaga keamanannya sendiri terhadap agresi oleh sekutu NATO.
Kantor berita Interfax melaporkan pada Sabtu lalu, militer Rusia telah bertindak secara tepat untuk membuat kapal selam Amerika Serikat angkat kaki dari perairan Rusia di timur jauh.
Hal ini setelah kapal selam AS mengabaikan perintah Rusia untuk muncul.
Menurut pihak Kementerian Pertahanan, kapal selam itu terdeteksi di perairan Rusia ketika elemen Armada Pasifik Rusia melakukan latihan angkatan laut di dekat pulau Kuril.
Dalam pernyataannya, seorang juru bicara militer Amerika Serikat membantah telah melakukan operasi di perairan teritorial Rusia itu.
Sumber : Kompas TV/Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.