Washington mengutuk serangan Kamis dan mengatakan AS akan bekerja dengan Arab Saudi dan mitra internasional untuk meminta pertanggungjawaban Houthi. “Amerika akan mendukung teman-teman kita di kawasan ini,” kata Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan.
Perang Yaman menewaskan puluhan ribu orang, baik petempur maupun warga sipil, melahirkan krisis kemanusiaan terburuk di dunia saat ini.
Kelompok amal Oxfam minggu ini mengatakan pertempuran selama setahun atas kota strategis Yaman Marib saja membuat sekitar 100.000 orang mengungsi.
Baca Juga: Arab Saudi Tutup Ribuan Sumur, Imbas Kematian Rayan Bocah yang Terjebak di Sumur Sedalam 32 Meter
Pertempuran di Marib menyebabkan peningkatan serangan Houthi terhadap Arab Saudi dan Uni Emirat Arab dalam beberapa pekan terakhir.
Uni Emirat Arab adalah bagian dari koalisi yang dipimpin Saudi, dan mendukung milisi Yaman yang memerangi kelompok Houthi. Para pejabat Amerika Serikat bergegas meyakinkan sekutu strategis di Teluk Arab tentang dukungan pertahanan Amerika Serikat bagi mereka.
Amerika Serikat awalnya mendukung upaya Arab Saudi ketika koalisi berusaha mengusir Houthi yang didukung Iran dari ibu kota, Sanaa, dan mengembalikan pemerintahan sebelumnya ke tampuk kekuasaan.
Namun, Presiden Biden sejak itu menjauhkan militer AS dari keterlibatan dalam perang Yaman, di mana kedua belah pihak dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia.
Dalam pembicaraan telepon dengan Biden, Raja Salman membahas pentingnya memperkuat kerja sama keamanan timbal balik dan mengutip dukungan Saudi untuk upaya Amerika Serikat mencegah Iran memperoleh senjata nuklir.
Gedung Putih mengatakan Biden mengabarkan perkembangan terbaru kepada Raja Salman tentang pembicaraan multilateral yang sedang berlangsung tentang program nuklir Iran.
Raja Salman menekankan perlunya bekerja sama untuk melawan aktivitas destabilisasi proksi Iran di kawasan itu, menurut Saudi Press Agency yang dikelola pemerintah.
Keduanya juga membahas komitmen bersama mereka untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas di pasar minyak karena minyak mentah Brent berada di sekitar $90 per barel.
Sumber : Associated Press/Arab News
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.