“Keamanan dan kedaulatan Ukraina atau negara Eropa lainnya tidak dapat menjadi subjek kompromi, sementara itu juga sah bagi Rusia untuk mengajukan pertanyaan tentang keamanannya sendiri," kata Macron.
“Kami harus sangat realistis. Kami tidak akan mendapatkan langkah sepihak, tetapi penting untuk menghindari memburuknya situasi sebelum membangun mekanisme dan sikap saling percaya."
“Kita harus melindungi saudara-saudara kita di Eropa dengan mengusulkan keseimbangan baru yang mampu menjaga kedaulatan dan perdamaian mereka."
"Ini harus dilakukan sambil menghormati Rusia dan memahami trauma kontemporer dari orang-orang hebat dan bangsa besar ini,” kata orang nomor satu di Prancis itu.
Setelah bertemu Putin pada hari Senin, Macron akan melakukan perjalanan ke Kyiv pada hari berikutnya untuk berbicara dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy.
Kunjungan kepala negara Prancis itu dilakukan ketika Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menyebut pengerahan militer Rusia sebagai yang "terbesar sejak Perang Dingin."
Awal pekan ini, Joe Biden juga telah memerintahkan pengerahan sekitar 3.000 tentara AS ke Polandia, Jerman dan Rumania.
Sejak Macron terpilih pada 2017, ia terus berdialog dengan Putin—meskipun kampanye presiden pertamanya dilaporkan ditargetkan oleh peretas yang didukung Rusia.
Strategi yang dilakukan Macron pun belum mampu menghasilkan terobosan strategis.
Menjelang perjalanan hari Senin, presiden Prancis dan mitranya dari Rusia telah berbicara di telepon beberapa kali dalam beberapa hari terakhir, dan Putin mengeluh bahwa negara-negara Barat telah menolak untuk mendengarkan tuntutan inti Rusia.
Baca Juga: AS Beri Peringatan, Sebut Rusia Sudah Kumpulkan 70 Persen Kekuatan Militer untuk Serang Ukraina
Sumber : Politica
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.