Pusat penahanan yang dijalankan oleh Angkatan Laut AS itu dibuat setelah serangan pada 11 September 2001 untuk menjadi pusat penahanan musuh Amerika Serikat dalam "perang melawan teror" AS. Oleh para pakar hak asasi manusia PP, tempat menuai predikat sebagai 'lokasi penahanan dan penyiksaan tiada banding'.
Di Guantánamo, Mohammed al-Qahtani menjadi sasaran 17 teknik interogasi agresif. Teknik-teknik ini dikenal sebagai 'Rencana Interogasi Khusus Pertama', yang disahkan secara tertulis oleh Menteri Pertahanan AS Donald Rumsfeld pada 2 Desember 2002. Dilansir dari New York Times pada 21 Juni 2004, pelaksanaan teknik-teknik interogasi itu dilakukan di bawah pengawasan dan bimbungan Menhan Rumsfeld dan Komandan Guantanamo Mayor Jenderal Geoffret Miller.
Setelah keluhan dari penyelidik militer, daftar teknik interogasi penuh penyiksaan itu disetujui dikurangi.
Baca Juga: Hambali, Tersangka Dalang Bom Bali 2002, Mulai Jalani Persidangan Militer AS di Kamp Guantanamo Kuba
Rencana dan teknik interogasi khusus itu tidak diungkapkan sampai tahun 2008 dalam kesaksian kepada Komite Kehakiman Senat Amerika Serikat dalam penyelidikan senat atas perawatan tahanan, dan dilaporkan oleh Inspektur Jenderal FBI, Glenn Fine.
Di bawah teknik interogasi khusus dengan penyiksaan ini, Qahtani memberikan informasi tambahan, termasuk menyebutkan 30 tahanan lain yang bekerja langsung untuk bin Laden.
Militer menggunakan informasi itu sebagai pembenaran untuk menahan orang-orang tersebut sebagai kombatan musuh. Namun, karena bahan tersebut diambil di bawah penyiksaan, kemudian dianggap tidak dapat diterima di pengadilan.
Qahtani kemudian menarik kembali kesaksian ini, dengan mengatakan dia telah memberikan nama-nama tahanan lain hanya untuk menghentikan pelecehan.
Baru pada Februari 2008, Qahtani pertama kali didakwa di hadapan komisi militer, dan penuntut membatalkan dakwaan pada Mei tahun itu.
Baca Juga: Usai Ditahan 16 Tahun Tanpa Dakwaan, Tahanan Tertua di Penjara Guantanamo Akhirnya Dibebaskan
Dia didakwa lagi pada November 2008, tetapi pada 14 Januari 2009, Susan J. Crawford, seorang pejabat senior Pentagon dari pemerintahan Bush, menyatakan bahwa dia tidak akan melanjutkan penuntutannya.
Dia mengatakan "perlakuan atas Qahtani memenuhi definisi hukum penyiksaan.... Teknik yang mereka gunakan semuanya diizinkan, tetapi cara mereka menerapkannya terlalu agresif".
Sebagai otoritas komisi militer, Crawford bertanggung jawab untuk mengawasi komisi militer Guantanamo.
Pernyataannya adalah pertama kalinya pejabat tinggi pemerintahan Bush mengatakan ada penyiksaan terhadap tahanan di Guantanamo.
Gitanjali Gutierrez, seorang pengacara pembela untuk al-Qahtani yang bekerja untuk Pusat Hak Konstitusional yang berbasis di New York, mengatakan dia pikir penyiksaan Qahtani merupakan kejahatan perang.
Sumber : Straits Times/New York Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.