Perjanjian tersebut secara resmi disebut Rencana Aksi Komprehensif Bersama (Joint Comprehensive Plan of Action/JCPOA).
Trump menyatakan dia dapat "memperoleh kesepakatan lebih baik" dibandingkan yang dicapai di bawah pendahulunya, Barack Obama.
Baca Juga: Iran Resmi Kembali Punya Hak Suara di Majelis Umum PBB Usai Tunggakan Dibayarkan Korea Selatan
Adapun pada Selasa (25/1) lalu, Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price menyebut kebijakan tekanan maksimum Trump adalah sebuah kegagalan.
"Kampanye tekanan maksimum merupakan suatu kegagalan yang hina. Semua yang dijanjikan, yang terjadi adalah kebalikannya," ujar Price seperti dikutip Mehr News Agency.
Sementara itu, Menlu Qatar di Teheran, menyampaikan undangan Emir Qatar Tamim bin Hamad Al Thani kepada Presiden Raisi untuk hadir dalam konferensi tingkat tinggi Forum Negara-Negara Pengekspor Gas yang akan datang.
"Qatar bertekad meningkatkan hubungan dengan Republik Islam Iran dalam bidang politik dan ekonomi dan Emir Qatar secara pribadi menindaklanjuti isu ini," ujar Menlu Qatar.
"Kami yakin negara-negara di kawasan ini mesti bergerak ke arah perdamaian dan kemajuan melalui kerja sama regional."
Baca Juga: Erdogan Dikabarkan Telepon Presiden Iran, Ada Apa Ya?
Sumber : Press TV/Mehr News Agency
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.