“Kita tahu ia memiliki sumber yang bagus. Ia menyukai keju, ia peminum minuman alkohol dan memiliki akses ke semua makanan siap saji,” kata Lim kepada Metro.
“Tetapi karena penutupan perbatasan, caranya memasukkan semua makanan ini ke Korea Utara menjadi terhenti. Jadi, ia tak bisa memakan jenis yang sama lagi,” tambahnya.
Lim juga mengatakan, Kim Jong-un tak dapat mempertahankan sosoknya sebagai orang yang gemuk karena di dalam negeri, orang-orang tengah kelaparan.
“Jika ia mempertahankan tampilan itu, hanya akan menambah keluhan orang. Jadi secara taktis, itu bisa bertepatan dengan hal tersebut,” ujarnya.
Sejumlah pembelot mengatakan Kim Jong-un berusaha menambah berat badannya agar seperti kakeknya, yang juga pendiri Korea Utara, Kim Il-sung.
Baca Juga: Merasa Bersalah, Pencuri Kembali ke Singapura untuk Serahkan Diri usai Kabur 14 Tahun
Tetapi menurut Lim, terbatasnya akses ke makanan berlemak mungkin menjadi keuntungan Kim Jong-un demi meningkatkan moral rakyatnya yang kelaparan.
“Ia tak bisa mengakses makanan lagi, tetapi di saat yang sama, kehilangan berat badan bukan berarti kehilangan warisan dari kakeknya,” kata pria yang juga pengajar senior dan Direktur Institut Internasional Studi Korea di Universitas Lancashire itu.
Menurut Lim, dengan begitu, Kim Jong-un menunjukkan bahwa dirinya bersama rakyat, dan tak menghabiskan semua makanan untuk dirinya sendiri, serta ikut terlihat menderita.
“Kim Jong-un lebih memperhatikan orang di dalam negerinya, bukan kekuasaan ke luar. Lebih bagaimana ia bisa mengatur di dalam saat ini,” katanya.
Sumber : Metro
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.