Departemen Luar Negeri AS menegaskan bahwa mereka telah mengawasi dari dekat pengiriman tantara Rusia.
“AS dan sejujurnya, seluruh dunia telah memperhatikan adanya pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM),” ujar juru bicara Departemen Luar Negeri.
“Kami juga akan memperhatikan tindakan apa pun yang dapat menjadi predikat penyitaan institusi Kazakhstan,” katanya.
PBB, AS, Inggris dan Prancis telah menyerukan kedua belah pihak untuk menghentikan aksi kekerasan.
Unjuk rasa di Kazakhstan terjadi setelah kenaikan harga BBM yang sangat tinggi.
Hal itu kemudian berlanjut pada aksi kekerasan dengan penyerbuan ke gedung pemerintahan dan pembakaran kompleks kepresidenan di Almaty.
Baca Juga: Presiden Kazakhstan Minta Pertolongan Rusia, Sebut Kerusuhan di Negaranya Didalangi Teroris Asing
Sekitar 18 polisi dikabarkan telah tewas dalam bentrokan tersebut, bahkan ada yang ditemukan telah terpenggal.
Namun, menurut Saule, salah seorang pekerja konstruksi yang ambil bagian dalam unjuk rasa, petugas keamanan melepas tembakan kea rah demonstran.
“Kami melihat kematian. Secepat mungkin ada 10 orang yang tewas,” katanya.
Kementerian Dalam Negeri Kazakhstan mengatakan sekitar 2.298 pengunjuk rasa telah ditangkap.
Sumber : BBC
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.