Kompas TV internasional kompas dunia

Ditolak Masuk ke Australia, Djokovic Ditempatkan di Hotel Tempat Pencari Suaka dan Pengungsi

Kompas.tv - 7 Januari 2022, 06:35 WIB
ditolak-masuk-ke-australia-djokovic-ditempatkan-di-hotel-tempat-pencari-suaka-dan-pengungsi
Petenis Serbia Novak Djokovic ditolak masuk ke Australia terkait status vaksinasinya. (Sumber: AP Photo/Kirsty Wigglesworth)
Penulis : Tussie Ayu | Editor : Edy A. Putra

MELBOURNE, KOMPAS.TV – Petenis nomor 1 dunia, Novak Djokovic, masih menunggu keputusan pengadilan tentang apakah dia masih dapat bersaing di Australia Terbuka pada 17 Januari mendatang.

Saat ini, dia berada di hotel detensi imigrasi Australia setelah ditolak masuk ke negara tersebut terkait status vaksinasinya.

Djokovic yang merupakan seorang yang skeptis dan vokal terhadap vaksin COVID-19, terbang ke Australia untuk mengikuti Australia terbuka.

Negara bagian Victoria memberinya pengecualian dari syarat vaksin yang ketat di negara tersebut. Namun demikian, ketika dia tiba di Australia pada Rabu (5/1/2022), Pasukan Perbatasan Australia menolak dan melarangnya masuk ke negara tersebut.

Sidang pengadilan tentang upayanya untuk mencegah deportasi ditetapkan pada Senin mendatang. Sementara itu, petenis asal Serbia ini harus menunggu di hotel yang biasa digunakan untuk menampung para pencari suaka dan pengungsi.

Baca Juga: Aturan Ketat, Novak Djokovic Ditolak Masuk ke Australia karena Masalah Vaksinasi

Turnamen Australia Open kali ini sangat penting bagi Djokovic. Dalam turnamen ini, dia berharap dapat menyalip saingannya Rafael Nadal dan Roger Federer untuk tercatat dalam buku rekor dunia dan memenangi gelar tunggal Grand Slam yang ke-21.

Jika target ini tercapai, dia akan menjadi petenis tunggal putra terbanyak sepanjang sejarah, yang berhasil memenangi Grand Slam.

Diberikannya pengecualian kepada Djokovic untuk dapat masuk ke Australia oleh negara bagian Victoria, sebelumnya memicu kegemparan di negeri kangguru itu.

Masyarakat Australia menuduh ia telah mendapatkan perlakuan khusus, sedangkan mereka sendiri harus menghabiskan waktu berbulan-bulan yang panjang dalam lockdown dan harus menghadapi pembatasan perjalanan yang keras pada puncak pandemi.

Ketika tiba di Australia, Djokovic berusaha meyakinkan pihak berwenang bahwa dia memiliki syarat-syarat yang dibutuhkan untuk dapat masuk Australia. Namun akhirnya dia tidak dapat meyakinkan petugas bahwa dia memenuhi syarat.

"Aturannya sangat jelas," kata Perdana Menteri Australia Scott Morrison.

“Anda harus memiliki pengecualian medis (untuk dapat masuk Australia tanpa bukti vaksin). Dia tidak memiliki pengecualian medis yang valid. Maka kami membuat panggilan di perbatasan, dan di sanalah (hukum) itu ditegakkan," tambahnya.

Baca Juga: Diduga Belum Vaksinasi, Petenis Dunia Novak Djokovic Tak Diizinkan Masuk ke Australia!

Menteri Kesehatan Greg Hunt mengatakan visa atlet milik Djokovic dibatalkan setelah pejabat perbatasan meninjau pengecualian medis Djokovic dan melihat bukti-bukti di baliknya.

Sementara itu, Djokovic dengan tegas menolak untuk mengatakan apakah dia telah divaksin. Namun sebelumnya dia pernah berbicara tentang penentangan vaksin.

Secara luas diduga, dia tidak akan mencari pengecualian dari pemerintah Australia, jika dia memang sudah divaksin.

Seorang hakim federal akan menangani kasus ini minggu depan. Sedangkan seorang pengacara pemerintah setuju bahwa juara Australia Terbuka sembilan kali itu tidak boleh dideportasi sebelum diadakannya pengadilan.

“Saya merasa tidak enak sejak kemarin bahwa mereka menahannya sebagai tahanan. Tidak adil. Ini bukan manusia. Saya berharap dia menang," kata ibu Djokovic, Dijana, seperti dikutip dari The Associated Press.

"Mengerikan, (dia mendapatkan) akomodasi yang mengerikan. Dia tinggal di hotel imigrasi kecil, jika itu bisa disebut sebagai hotel," tambahnya.

Baca Juga: Olimpiade Tokyo 2020: Ambisi Novak Djokovic Raih Medali Emas dan Asa Golden Slam

Presiden Serbia Aleksandar Vucic mengatakan bahwa dia telah berbicara dengan Djokovic dan bahwa pemerintahnya meminta agar atlet tersebut diizinkan pindah ke rumah yang telah dia sewa dan tidak harus ditempatkan di hotel tersebut.

Ia mengeluhkan, Djokovic diperlakukan berbeda dengan pemain lain.

"Saya khawatir ‘pembunuhan’ berlebihan ini akan berlanjut. Ketika Anda tidak bisa mengalahkan seseorang, maka Anda melakukan hal-hal seperti itu," tambahnya.

Adapun Morrison mengatakan tanggung jawab ada pada pendatang untuk memiliki persyaratan yang tepat pada saat tiba di Australia.

Ia menolak anggapan bahwa Djokovic diperlakukan dengan tidak adil, namun dia mengakui bahwa pemain lain mungkin berada di Australia dengan jenis pengecualian medis yang sama.

"Salah satu hal yang dilakukan Pasukan Perbatasan adalah mereka bertindak atas dasar (informasi) intelijen untuk mengarahkan perhatian mereka pada pendatang potensial," katanya.

"Ketika Anda membuat pernyataan publik tentang (syarat) apa yang mereka miliki, dan apa yang akan mereka lakukan, maka mereka akan menarik perhatian kepada diri mereka sendiri."

“Siapa pun yang melakukan itu, apakah mereka selebriti, politisi, pemain tenis, mereka akan lebih banyak mendapatkan pertanyaan daripada orang lain yang datang sebelum Anda,” ujarnya.

Baca Juga: Novak Djokovic Juara Tunggal Putra Wimbledon, Samai Federer dan Nadal Raih 20 Gelar Grand Slam

Aplikasi pengecualian medis dari pemain, tim mereka, dan ofisial turnamen, diperiksa oleh dua panel ahli independen Australia.

Alasan pengecualian yang dapat diterima pemerintah Australia untuk tidak divaksin adalah karena kondisi kesehatan dan reaksi serius terhadap vaksin COVID-19 sebelumnya.

Terinfeksi COVID-19 dalam enam bulan sebelumnya juga dapat menjadi alasan pengecualian. Hal inilah yang tampaknya menjadi perselisihan antara otoritas federal dan negara bagian.

Bintang tenis itu dinyatakan positif terkena virus corona pada Juni 2020 setelah ia bermain dalam serangkaian pertandingan eksibisi yang ia selenggarakan tanpa jarak sosial di tengah pandemi.

Para kritikus mempertanyakan alasan apa yang bisa dimiliki Djokovic untuk pengecualian tersebut, sementara para pendukungnya berpendapat dia memiliki hak atas privasi dan kebebasan memilih.




Sumber : Associated Press




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x