Namun diakuinya, dari berbagai profesi yang pernah dijalaninya, yang paling berkesan adalah ketika menjabat sebagai Duta Besar.
“Karena Dubes itu Luar Biasa dan Berkuasa Penuh, artinya saya dalam keseharian disini selama 24 jam harus mampu mencitrakan rakyat Indonesia, NKRI dan Presiden RI. Jadi tidak boleh salah ngomong, salah ucap, apalagi salah tingkah laku. Karena saya bukan Tantowi Yahya, tapi berdasarkan Undang-undang, saya adalah representasi rakyat, negara dan Presiden RI,” katanya.
Selain itu, menurutnya ketika menjadi Dubes, ia memiliki otoritas untuk membuat keputusan-keputusan penting, mengikat dan strategis tanpa lebih dulu berkoordinasi dengan Jakarta. Otoritas ini pernah beberapa kali dia gunakan dan setelah keputusan diambil, baru dilaporkan ke Jakarta.
“Alhamdulillah ketika saya laporkan, Jakarta menyetujuinya. Jadi Menteri Luar Negeri mendukung keputusan yang sudah saya ambil,” ujar dia.
Sebelum meninggalkan Wellington, Tantowi berpesan kepada masyarakat Indonesia di Selandia Baru untuk selalu menjaga kekompakan dan soliditas.
Baca Juga: Pacific Exposition II Ditutup dengan Total Komitmen Transaksi Rp1,48 Triliun
“Tetap dukung KBRI sebagai kantor perwakilan dan rumah bagi seluruh masyarakat Indonesia. Berikan dukungan yang sama kepada pengganti saya, Ibu Dubes Fientje Suebu,” katanya menutup pembicaraan.
Ditemui di tempat yang sama, Ketua Keluarga Masyarakat Indonesia di Wellington, Budhi Arta Surya mengaku sangat kehilangan atas kembalinya Dubes Tantowi Yahya dan keluarga ke Jakarta. Menurutnya, Dubes Tantowi adalah sosok yang ramah, fleksibel dan mengayomi.
“Yang paling berkesan selama Dubes Tantowi di Wellington adalah beliau masih memiliki waktu untuk menyalurkan keseniannya. Tidak hanya bermusik, tetapi juga melukis,” ujarnya.
Menurut Budhi, kemampuan kesenian Dubes Tantowi semakin mendekatkan dirinya dengan masyarakat Indonesia di Selandia Baru.
“Dubes Tantowi merupakan kombinasi antara seniman, politisi dan tokoh masyarakat. Yang paling berkesan bagi saya adalah keramahan dan bakat seninya,” ujar Budhi yang berprofesi sebagai dosen di Victoria University of Wellington ini.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.