Semua itu mendorong WHO memberi peringatan agar berhati-hati dalam melakukan pembatasan pasokan vaksin Covid-19 seperti yang terlihat awal tahun ini.
"Ketika kita menuju ke situasi virus Omicron apa pun yang akan terjadi, ada risiko bahwa pasokan global akan kembali lagi condong ke negara-negara kaya yang menimbun vaksin untuk melindungi (populasi mereka) ... dalam arti (penimbunan) berlebihan," kata kepala vaksin WHO Kate O'Brien.
O'Brien mengatakan WHO sedang memeriksa data dari Pfizer dan BioNTech tentang suntikan booster, dan mungkin ternyata "dosis tambahan bermanfaat untuk memberikan perlindungan tambahan terhadap varian Omicron", tetapi O'Brien menekankan itu masih "hari-hari yang sangat awal".
Cavaleri dari EMA juga mengatakan pada tahap ini kami tidak memiliki cukup data.
Baca Juga: CDC: Varian Omicron yang Ditemukan Sejauh Ini Bergejala Ringan
Badan itu meyakini, suntikan ketiga vaksin Covid-19 "aman dan efektif" tiga bulan setelah suntikan kedua.
Sementara itu, badan kesehatan PBB di Afrika mencatat bahwa varian Omicron melonjak dua kali lipat dalam kasus infeksi baru selama seminggu terakhir, menjadi 107.000 kasus infeksi baru.
Lonjakan terbesar dalam jumlah, yaitu rata-rata lonjakan 140 persen kasus baru, terjadi di selatan benua itu.
Namun, di Afrika Selatan, negara yang mengidentifikasi varian baru itu bulan lalu, mengungkap kasus parah Omicron masih dalam tataran rendah.
Namun demikian, ia meminta negara-negara untuk meningkatkan vaksinasi di Afrika, karena baru 7,8 persen dari sekitar 1,2 miliar orang di benua itu yang telah mendapat suntikan vaksin Covid-19.
Angka itu sangat berbanding terbalik dibandingkan lebih dari 600 juta dosis vaksin Covid-19 yang diberikan di Eropa saja, menurut angka EMA.
Sumber : France24
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.