GENEVA, KOMPAS.TV - Badan Kesehatan PBB, WHO, hari Jumat mengatakan belum mencatat ada kematian akibat Covid-19 varian Omicron yang saat ini terdeteksi di 38 negara, seperti dilansir Straits Times, Sabtu (04/12/2021).
Informasi terbaru itu muncul saat pemerintah di seluruh dunia bergegas mengadang penyebaran varian virus corona Omicron penyebab Covid-19 yang memiliki mutasi sangat banyak.
Amerika Serikat dan Australia menjadi negara-negara terbaru yang memastikan temuan kasus varian Omicron pertama mereka yang ditularkan secara lokal, sementara Norwegia mencatat 17 kasus infeksi varian Omicron dari sebuah pesta Natal.
WHO memperingatkan perlu waktu berminggu-minggu menentukan seberapa menular, apakah menyebabkan penyakit yang lebih parah, dan seberapa efektif vaksin saat ini untuk melawannya.
"Kami akan mendapatkan jawaban yang dibutuhkan semua orang di luar sana," kata Direktur Kedaruratan WHO Michael Ryan.
WHO mengatakan pihaknya masih belum melihat laporan kematian terkait Omicron, tetapi penyebaran varian baru makin memupuskan upaya pemulihan dari Covid-19 dan memunculkan peringatan bahwa varian Omicron dapat menjadi sumber dari setengah kasus Covid-19 di Eropa dalam beberapa bulan ke depan.
Baca Juga: Peringatan Ilmuwan Afrika Selatan: Penyintas Covid-19 Bisa Terinfeksi Varian Omicron
Dokter mengatakan ada lonjakan jumlah anak balita yang dirawat di rumah sakit sejak Omicron muncul, tetapi menekankan terlalu dini untuk mengetahui apakah anak kecil sangat rentan.
"Insiden pada balita sekarang tertinggi kedua, di belakang penularan terhadap mereka yang berusia di atas 60 tahun," kata Wassila Jassat dari Institut Nasional untuk Penyakit Menular.
Amerika Serikat baru saja mencatat dua kasus infeksi Covid-19 pada penduduk yang tidak memiliki riwayat perjalanan internasional, menunjukkan bahwa Omicron sudah beredar di dalam negeri.
"Ini adalah kasus penyebaran komunitas," Departemen Kesehatan Hawaii mengkonfirmasi.
Presiden AS Joe Biden pada hari Kamis mengumumkan rencananya untuk memerangi Covid-19 selama musim dingin, mensyaratkan tes Covid-19 untuk pelancong, dan menggencarkan upaya vaksinasi.
Semua pelancong yang masuk harus dites negatif Covid-19 dalam satu hari sebelum penerbangan mereka, dan tes cepat yang saat ini menelan biaya USD25 akan ditanggung oleh asuransi dan dibagikan gratis kepada mereka yang tidak diasuransikan.
Baca Juga: Varian Omicron Pertama di Malaysia Terdeteksi pada Seorang Mahasiswa Afrika Selatan
Australia pada hari Jumat melaporkan tiga siswa telah dites positif untuk varian tersebut.
Kasus-kasus itu, yang terdeteksi di kota Sydney, muncul meskipun ada larangan besar-besaran terhadap pelancong yang bukan warga Australia untuk memasuki negara itu, pembatasan penerbangan dari Afrika selatan, sementara banyak negara bergegas membatasi perjalanan dari kawasan Afrika bagian Selatan minggu lalu.
"Ini benar-benar luar biasa," kata Sabine Stam, yang menjalankan perusahaan tur Afrika Selatan dan yang pelanggannya menuntut pengembalian uang untuk pemesanan pada puncak musim liburan bulan Desember.
"Semua orang terlalu takut untuk menetapkan tanggal perjalanan baru," katanya kepada AFP seperti dilansir Straits Times.
Di Norwegia, para pejabat mengatakan setidaknya 17 orang yang tertular Covid-19 setelah pesta Natal kantor di ibu kota Oslo pekan lalu dipastikan memiliki varian Omicron.
Semua orang yang dites positif sejauh ini hanya mengalami gejala ringan, seperti sakit kepala, sakit tenggorokan dan batuk, kata pejabat kesehatan kota Tine Ravlo kepada AFP.
Namun pemerintah Norwegia memberlakukan serangkaian pembatasan yang lebih besar di Oslo setelah kekhawatiran akan klaster itu pertama kali muncul.
Baca Juga: Presiden Jokowi Minta Pengawasan Warga dari Luar Negeri Ditingkatkan Cegah Varian Omicron
Pada hari Jumat, Malaysia juga melaporkan infeksi varian Omicron pertama pada seorang mahasiswa asing yang datang dari Afrika Selatan pada 19 November.
Sri Lanka juga mengumumkan kasus pertamanya, seorang warga negara yang kembali dari Afrika Selatan.
Deteksi dan penyebaran varian merupakan tantangan besar bagi upaya untuk mengakhiri pandemi.
Meningkatnya infeksi varian Delta memaksa pemerintah negara-negara Eropa memberlakukan kembali kewajiban mengenakan masker, langkah-langkah pembatasan sosial, jam malam atau lockdown, membuat bisnis khawatir kembalinya musim liburan natal yang suram seperti tahun lalu.
Pemerintah Belgia mengatakan sekolah dasar akan tutup seminggu lebih awal untuk liburan Natal.
Jerman mengumumkan para pemimpin regionalnya menyetujui langkah-langkah baru termasuk larangan kembang api di pesta tahun baru untuk mencegah pertemuan besar dan kerumunan.
Di Inggris, berbagai pejabat pemerintah mengungkapkan pendapat yang saling berbeda, tidak hanya pada gagasan untuk mengadakan pesta Natal, tetapi juga pada jenis perilaku yang dianggap dapat diterima.
"Saya berpikir tidak perlu ada banyak cipika cipiki," kata seorang menteri, Therese Coffey, menggunakan istilah slang untuk mencium seseorang.
Sumber : Straits Times/AFP
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.