“Kami telah melihat permainan Kremlin ini ketika Rusia mengirim klaim palsu bahwa aneksasi ilegal Krimea adalah tanggapan atas agresi NATO. NATO adalah aliansi yang dibangun di atas prinsip pertahanan, bukan provokasi,” kata Truss.
“Setiap aksi Rusia yang meremehkan kebebasan dan demokrasi yang dinikmati mitra kami akan menjadi kesalahan strategis,” imbuhnya.
Rusia menganeksasi Semenanjung Krimea pada 2014. Setelah itu, Kremlin mendukung kelompok pemberontak yang berperang di timur Ukraina.
Baca Juga: Pengakuan Mengejutkan Presiden Ukraina, Kaki Tangan Rusia Berusaha Kudeta Pemerintahannya
Ukraina dan Barat menuduh Rusia mengirim pasukan dan memasok senjata kepada para pemberontak. Namun, Moskow membantah tuduhan itu, menyatakan bahwa orang Rusia yang membantu separatis bertindak sebagai relawan.
Perang berskala besar baru terhenti ketika perjanjian damai tercapai pada 2015 lewat mediasi Jerman dan Prancis. Meskipun demikian, krisis politik masih ada dan pertempuran skala kecil kerap terjadi.
Sementara itu, menanggapi eskalasi konflik Ukraina, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menuding NATO-lah yang menjadi dalang memanasnya situasi.
Lavrov menuduh Barat sejak dulu memprovokasi Ukraina agar mengambil sikap anti-Rusia.
“Unit dan perlengkapan militer besar dari negara-negara NATO, termasuk AS dan Inggris Raya, sudah diturunkan dekat dengan perbatasan kami,” kata Lavrov.
Baca Juga: Putin Ancam Aktivitas AS dan NATO di Laut Hitam, Anggap Tantangan Serius bagi Rusia
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.