Dalam sebuah pernyataan hari Kamis disebutkan, kasus yang terdeteksi dan persentase yang dites positif “meningkat dengan cepat” di tiga provinsi negara itu termasuk Gauteng, yang meliputi Johannesburg dan Pretoria.
Wabah klaster diidentifikasi baru-baru ini, terkonsentrasi di sebuah lembaga pendidikan tinggi di ibu kota Pretoria, kata NICD.
Tahun lalu Afrika Selatan mendeteksi virus corona varian Beta, meski sampai sekarang angka infeksi utama dunia didorong oleh varian Delta, yang awalnya terdeteksi di India.
Negara ini memiliki jumlah pandemi tertinggi di Afrika dengan sekitar 2,95 juta kasus, di mana 89.657 di antaranya berakibat fatal.
Para ilmuwan mengatakan, varian B.1.1.529 baru memiliki setidaknya 10 mutasi, dibandingkan dengan dua mutasi pada varian Delta atau tiga mutasi pada varian Beta.
Baca Juga: Dunia Usaha Malaysia Bersiap Hadapi Gelombang Baru Penularan Covid-19
"Apa yang membuat kami khawatir adalah, varian ini mungkin tidak hanya meningkatkan penularan, sehingga menyebar lebih efisien, tetapi mungkin juga dapat menghindari bagian sistem kekebalan dalam perlindungan tubuh yang kita miliki," kata salah seorang peneliti, Richard Lessell.
Sejauh ini, varian tersebut terlihat menyebar terutama di kalangan anak muda.
Tetapi beberapa hari dan minggu mendatang akan menjadi kunci untuk menentukan tingkat keparahan varian yang baru ditemukan tersebut, tambah Lessell.
Upaya menetralisir varian yang baru ditemukan ini “dirumitkan oleh jumlah mutasi yang terkandung dalam varian ini”, kata seorang ilmuwan lainnya, Penny Moore.
“Varian ini mengandung banyak mutasi yang tidak kita kenal,” tambahnya.
Setelah awal yang agak lambat untuk kampanye vaksinasi Afrika Selatan, sekitar 41 persen orang dewasa telah menerima setidaknya satu dosis, sementara 35 persen divaksinasi sepenuhnya.
Sumber : France24/Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.