Saat ini, situasi perang Ethiopia tidak menguntungkan bagi pemerintah pusat. Pasukan pemberontak dilaporkan terus maju mendekati ibukota Addis Ababa.
Baca Juga: Konflik Memanas, 16 Staf PBB dan Keluarga Ditahan Ethiopia
Awol Allo, akademisi yang menominasikan Abiy untuk Nobel Perdamaian, mengkhawatirkan sang perdana menteri. Apalagi, Abiy telah menyatakan siap menjadi martir.
“Dia mungkin serius mempertimbangkan untuk menjadi seorang martir,” kata Allo.
Meskipun demikian, Allo tak menampik kemungkinan bahwa Abiy sekadar meninggalkan ibukota ke lokasi yang lebih aman, mengatur perang dari sana.
Pengumumannya terjun ke medan tempur bisa jadi untuk meningkatkan semangat pasukan.
Sebelum terjun, Abiy sendiri mengajak rakyat Ethiopia bergabung untuk melawan pemberontak. Beberapa bulan belakangan, dilaporkan terdapat latihan-latihan militer kilat dan wajib militer.
Di lain pihak, seiring melemahnya tentara pemerintah, milisi berbasis etnis juga mulai unjuk gigi.
Perang saudara Ethiopia bermula saat Abiy Ahmed menyingkirkan perwakilan Tigray yang telah memerintah Ethiopia sejak lama.
Perang ini membuat jutaan orang tidak bisa mengakses bantuan kemanusiaan. Komunitas internasional dan organisasi kemanusiaan meminta pemerintah dan pemberontak bernegosiasi demi jutaan orang yang terjebak.
Baca Juga: “Kebrutalan Ekstrem”, Laporan PBB Sorot Berbagai Kejahatan Perang di Ethiopia
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.