Taliban, mayoritas beranggotakan etnis Pashtun, dilaporkan masih enggan menerima minoritas di kursi pemerintahan. Komunitas Hazara pun mengaku ditolak saat meminta disertakan dalam pemerintahan.
Tak sedikit pula Hazara yang mengaku masih didiskriminasi Taliban. Mereka pun khawatir Taliban akan menjadi pemerintahan represif bagi minoritas.
“Dibanding pemerintahan yang dulu, Taliban sekarang sedikit lebih baik,” kata Muhammad Jawad Gawhari, seorang ulama Syiah Hazara.
“Masalahnya adalah saat ini tidak ada hukum tunggal. Setiap Talib memiliki hukumnya sendiri. Jadi orang-orang masih menakuti mereka,” imbuhnya.
Taliban sendiri dilaporkan menerima Syiah dengan cara berbeda-beda antara anggotanya. Ada yang mendiskriminasi. Ada pula yang menerima dengan baik.
Salah satu Taliban yang dianggap baik bagi Hazara adalah kepala polisi distrik Dashti Barchi, barat Kabul, yang menjadi tempat tinggal komunitas Hazara.
“Jika semua Taliban seperti dia (kepala polisi), Afghanistan akan menjadi seperti kebun bebungaan,” kata Ahmad Ali Al-Rasyid, seorang ulama Syiah.
Secara umum, Taliban memang lebih menerima minoritas. Dibanding era 1996-2001, Taliban kini membolehkan Syiah menggelar acara keagamaan seperti ritual Asyura.
Taliban pun memercayai Hazara untuk mempersenjatai diri. Sebelumnya, mereka melarangnya. Namun, setelah ISIS-K mengebom masjid-masjid Syiah, milisi Hazara diperbolehkan memegang senjata kembali.
Selain itu, Taliban juga mengirim penjaga untuk mengawal ibadah salat Jumat Syiah yang rentan menjadi sasaran ISIS-K.
Baca Juga: Taliban Mulai Gempur ISIS-Khorasan di Afghanistan Selatan
“Kami membangun lingkungan aman bagi semuanya, khususnya Hazara. Mereka diterima di Afghanistan. Meninggalkan negeri ini tidak baik bagi siapa pun,” kata juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid.
Meskipun demikian, perlindungan Taliban tak kunjung meredakan teror ISIS-K. Kelompok teror itu pun sering menyerang anggota Taliban.
Bagi Hazara, ISIS merupakan musuh yang lebih brutal dibanding Taliban dulu. Beberapa tahun belakangan, ISIS gencar mengebom sekolah, rumah sakit, dan masjid Syiah Hazara, membunuh ratusan orang.
ISIS sendiri mengaku bertujuan memusnahkan warga Syiah. Hal ini dibuktikan dengan maraknya serangan bom sebulan belakangan.
Selaku pemimpin negara yang mereka deklarasikan sebagai Emirat Islam Afghanistan, Taliban wajib melindungi minoritas Syiah.
Selain itu, agar lebih diterima, Taliban didesak untuk mengakomodasi suara minoritas di pemerintahan.
"Keamanan fisik tidaklah cukup. Kami perlu keamanan psikologis juga, untuk merasa menjadi bagian pemerintahan ini dan itu (pemerintahan) adalah bagian kami," kata Ali Akbar Jamshidi, eks anggota parlemen Afghanistan.
Baca Juga: Taliban Parade Militer, Pamerkan Kendaraan Tempur Rampasan dari AS dan Helikopter Rusia
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.