Dilansir dari Al Jazeera, pada bulan lalu pihak berwenang di Rwanda menangkap enam orang termasuk seorang jurnalis dan anggota partai oposisi yang dituduh menyebarkan rumor, yang diduga dimaksudkan untuk memulai pemberontakan.
Theoneste Nsengimana, yang memiliki Umubavu TV – saluran Youtube yang sering menayangkan konten kritis terhadap pemerintah, termasuk di antara mereka yang ditangkap.
Niyonsenga telah ditangkap pada April 2020 lalu usai menayangkan serangkaian video yang menuding tentara melakukan pelanggaran serius terhadap warga daerah kumuh selama pemberlakuan lockdown virus corona.
Tak lama setelah itu, ia didakwa karena dianggap melanggar aturan lockdown dan menyamar sebagai jurnalis.
Niyonsenga pun dikirim ke penjara dan dibebaskan 11 bulan kemudian. Namun, ia harus kembali dibui setelah jaksa mengajukan banding ke pengadilan yang lebih tinggi.
Tindakan keras terhadap pembuat konten YouTube memiliki efek mengerikan di Rwanda, di mana media independen telah dibubarkan dan bentuk-bentuk kebebasan berekspresi lainnya diawasi secara ketat oleh pemerintah.
Para kritikus pun menuduh Presiden Paul Kagame sebagai kepala pemerintahan Rwanda melakukan pelanggaran hak asasi manusia meski sebenarnya ia mendapat dukungan dari Barat untuk memulihkan stabilitas negara setelah genosida dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Pada bulan Maret, Human Rights Watch sempat menyuarakan peringatan tentang tindakan keras tersebut, namun Kagame membantah tuduhan itu.
Baca Juga: Tunangan Youtuber Gabby Petito Hilang dan Jadi Buronan, Muncul Dugaan Telah Dimakan Buaya
Sumber : Kompas TV/Al Jazeera
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.