GLASGOW, KOMPAS.TV — China mengatakan mereka berhak untuk tetap menjadi penghasil terbesar emisi rumah kaca dan polusi bahan bakar fosil perusak iklim dengan alasan saat ini berada di tahap pembangunan khusus.
Hal ini seperti disampaikan juru runding utama negara tersebut, Xie Zhenhua yang menjadi utusan khusus iklim untuk China pada KTT Iklim PBB COP26, di Glasgow, Skotlandia, Selasa (2/11/2021).
Sebagai pencemar iklim utama dan sebagai ekonomi terbesar kedua di dunia, China banyak dibicarakan, tetapi sedikit terlihat, di KTT Iklim PBB.
Presiden China Xi Jinping, yang tidak pernah meninggalkan negara itu selama pandemi, tidak hadir di Glasgow dan bergabung dengan lebih dari 100 pemimpin dunia lainnya. Sebagai gantinya Xi berbicara kepada pengamat dan delegasi dalam pesan tertulis pada hari Senin (1/11) kemarin.
Xie, yang memainkan peran penting dalam negosiasi yang mencapai kesepakatan iklim Paris 2015, menggarisbawahi posisi lama China bahwa Amerika Serikat dan negara maju lainnya harus bertindak lebih cepat untuk mengurangi emisi yang merusak iklim, bukan China.
"China sudah melakukan upaya terbesar kami untuk mengatasi perubahan iklim," kata Xie.
Ia mengatakan China tidak dapat mulai mengekang ketergantungannya pada pembangkit listrik tenaga batu bara lebih cepat dari sebelumnya.
“Jadi mengenai fakta bahwa China adalah penghasil emisi terbesar saat ini, itu karena China berada pada tahap pembangunan khusus,” kata Xie, seraya mengatakan, negaranya akan dapat mempercepat pengurangan emisinya, tapi nanti, katanya.
“Kami tidak hanya membuat janji, kami menghormati janji kami dengan tindakan nyata,” katanya.
China, yang sangat bergantung pada tenaga batu bara, berjanji tahun lalu untuk mulai mengekang emisi bahan bakar fosil di akhir dekade ini dan menjadi netral karbon pada 2060.
Baca Juga: Presiden Tanzania Kecam Negara Maju di COP26, Sebut Kilimanjaro Gundul gara-gara Krisis Iklim
Juru runding iklim menyambut baik pengumuman Xi saat itu, tetapi penetapan tahun 2060 adalah satu dekade lebih lambat dari target banyak negara lain, dan Xi menolak seruan internasional untuk bergerak lebih cepat.
Pada KTT iklim PBB, China mengambil bagian dalam beberapa inisiatif, seperti bergabung dengan janji multinasional untuk menekan deforestasi dan melestarikan hutan, tetapi sejauh ini mengumumkan tidak ada upaya iklim baru.
Terlepas dari status China sebagai kekuatan ekonomi, para pemimpinnya berpendapat faktor-faktor yang mencakup pendapatan per kapita China yang masih menengah membuat China tetap menjadi negara berkembang.
Menurut China, mereka menanggung lebih sedikit beban untuk mengurangi emisi dibanding ekonomi seperti Amerika Serikat atau Eropa yang telah menghasilkan kekayaan dengan membakar batu bara dan minyak bumi sebelumnya, menurut China.
Rata-rata orang Amerika Serikat masih menghasilkan lebih dari dua kali jumlah karbon dioksida yang merusak iklim dari bahan bakar fosil daripada rata-rata warga China.
Pejabat China dan Amerika Serikat telah lama saling menyalahkan saat pemanasan global meningkat, dengan China menyalahkan Amerika Serikat sebagai pencemar iklim terbesar di dunia secara historis, dan pemerintahan Donald Trump secara khusus menunjuk polusi China dalam membenarkan kemunduran upaya iklim Amerika Serikat.
Baca Juga: COP26: Jokowi dan 100 Lebih Pemimpin Negara Janji Hentikan Deforestasi per 2030
Presiden Joe Biden menggunakan KTT Iklim PBB pada Senin kemarin untuk menyatakan penyesalan atas peran Amerika Serikat dalam kerusakan iklim.
“Kita yang bertanggung jawab atas sebagian besar deforestasi dan semua masalah yang kita miliki sejauh ini,” kata Biden, memiliki “kewajiban luar biasa” kepada negara-negara miskin yang menyumbang sedikit emisi namun membayar harga mahal perubahan iklim karena planet bumi menjadi lebih panas.
Biden juga meminta maaf pada Senin atas keputusan Trump untuk meninggalkan kesepakatan iklim Paris, dengan mengatakan bahwa “sedikit menempatkan kami di belakang,” dalam memerangi perubahan iklim.
Xie pada hari Selasa menepis pertanyaan wartawan tentang apakah China, sebagai penghasil karbon terburuk di dunia saat ini, memiliki kewajiban serupa dengan negara lain atas peran China dalam merusak iklim bumi.
Sebaliknya, dia menyalahkan Amerika Serikat, dengan mengatakan bahwa penarikan Trumplah yang memperlambat upaya iklim.
“Kami telah menyia-nyiakan lima tahun” karena penarikan Amerika Serikat dari perjanjian iklim, kata Xie. “Dan sekarang kami harus bekerja lebih keras dan mengejar ketinggalan.”
Biden bergabung kembali dengan kesepakatan Paris awal tahun ini sebagai salah satu tindakan pertamanya sebagai presiden.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.