PM Inggris tersebut menyampaikan pidato suram setelah gagal mencapai komitmen tegas di KTT G20 lalu. Dalam pertemuan ekonomi-ekonomi besar dunia itu, komitmen aksi tentang krisis iklim hanyalah samar.
Setelah Johnson, giliran Sekretaris Jenderal Antonio Guterres yang bicara. Pesannya pun tak kalah suram.
“Kita sedang menggali liang kubur sendiri,” kata Guterres.
“Planet kita sedang berubah di depan mata, dari kedalaman lautan hingga puncak gunung, dari cairnya gletser hingga cuaca ekstrem tanpa ampun,” imbuhnya.
Sementara itu, Kevin Conrad, aktivis lingkungan asal Papua Nugini sekaligus ketua organisasi pemerintah Coalition for Rainforest Nations, meminta tindakan nyata negara-negara besar.
Negara-negara besar yang dirujuk Conrad adalah mereka yang tampil sebagai pemimpin geopolitik sekaligus polutan terbesar, Amerika Serikat dan China.
“Sangat penting bagi Amerika Serikat dan China untuk menunjukkan kepemimpinan sebagai dua polutan terbesar. Jika keduanya menunjukkan bahwa ini bisa diselesaikan, saya pikir mereka akan memberi harapan kepada seluruh dunia,” kata Conrad.
Pertemuan COP26 dilaporkan akan berjalan selama dua pekan. Fokus pertemuan ini adalah aksi mengatasi pemanasan global yang terus meningkat.
Perjanjian Paris 2015 mengamanatkan pembatasan kenaikan suhu Bumi 1,5 derajat Celsius dibanding masa pra-industri. Namun, dengan komitmen internasional saat ini, kenaikan suhu Bumi diproyeksikan mencapai 2,7 derajat Celsius per 2100.
Baca Juga: Pemimpinnya Absen di COP26, Biden Kritik China dan Rusia
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.