Tetangganya pun tahu bahwa Moradi adalah seorang Yahudi.
“Ia tak pernah menghindari keyahudiannya. Ia menikah untuk menyelamatkan diri, karena seorang gadis muda tak akan selamat di Afghanistan,” kata Khorshid, putri Moradi, dari rumahnya di Kanada.
Meski keputusannya menikahi pria dari agama lain sempat menciptakan friksi, Moradi tetap berhubungan dengan beberapa anggota keluarganya.
Orang tua dan saudaranya meninggalkan Afghanistan pada 1960-an dan 1980-an.
Kedua orang tuanya dimakamkan di Yerusalem, dan banyak saudaranya dan keturunannya tinggal di Israel.
Ia mengungkapkan dirinya akhirnya bisa bertemu dan berbicara dengan saudarinya, setelah tak melakukannya selama lebih dari 50 tahun.
“Kemarin, saya berbicara dengan saudari dan keponakan setelah lebih dari 60 tahun melalui hubungan video. Kami berbicara selama beberapa jam,” ujar Moradi.
“Saya sangat bahagia. Saya bertemu anak mereka, mereka bertemu anak saya,” tambahnya.
Pada periode pertama Taliban, dari 1996 hingga 2001, Moradi berusaha untuk tak menonjol.
Tapi ia pernah membahayakan nyawanya dengan melindungi Rabbi Isak Levi, salah satu Yahudi Afghanistan terakhir yang tersisa, dari Taliban.
Baca Juga: Dituntut Usai Ejek Penyanyi dengan Disabiltas, Komedian Ini Bebas dengan Alasan Kebebasan Berbicara
Sebelumnya, selama bertahun-tahun Zebulon Simentov selalu menyebut dirinya sebagai Yahudi terakhir di Afghanistan.
Ia pun selalu meminta bayaran untuk wawancara dan melakukan peribadatan di satu-satunya Sinagog di Kabul.
Ia pun kabur dari Afghanistan ke Istanbul bulan lalu setelah Taliban kembali berkuasa,
Namun, kini jelas bahwa Movadi merupakan Yahudi terakhir di Afghanistan, yang akhirnya juga meninggalkan negara tersebut.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.