Jenderal Burhan dan Dagalo sudah kenal sejak lama. Mereka sama-sama terjun ke Perang Darfur yang meletus sejak awal 2000-an.
Jenderal Burhan merupakan salah satu komandan militer Sudan dalam perang tersebut. Sementara RSF membantu militer menghadapi pemberontakan.
Perwira militer Sudan dan paramiliter dituding melakukan kejahatan perang masif di Darfur. Sekitar 300.000 orang tewas akibat perang ini dan 2,7 juta lainnya kehilangan tempat tinggal.
Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mendakwa mantan presiden Omar Al-Bashir dan sejumlah perwira tinggi militer atas kejahatan perang di Darfur.
Meskipun demikian, trek Jenderal Burhan selama bertugas di Darfur cukup bersih. ICC tidak mendakwanya sebagaimana yang lain.
Jenderal Burhan dan Dagalo tadinya adalah sekutu Al-Bashir. Namun, mereka berpaling dari diktator yang berkuasa 30 tahun itu saat demonstrasi besar pada 2019.
Menurut laporan Associated Press, dukungan negara-negara Arab membuat mereka berdua semakin yakin untuk menentang Al-Bashir.
Arab Saudi, Mesir, dan Uni Emirat Arab dilaporkan mendukung Burhan dan Dagalo untuk memberontak kepada Al-Bashir.
Setelah kudeta, Jenderal Burhan sendiri berjanji tetap akan menggelar pemilu pada 2023 mendatang. Namun, banyak pihak yang meragukan komitmennya.
Baca Juga: Kronologi Kudeta Sudan: Dipicu Konflik Sipil vs Militer dan Warisan Ekonomi Diktator
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.