Pada 2020, banjir dan badai mempengaruhi sekitar 50 juta orang di Asia, mengakibatkan lebih dari 5.000 kematian.
Ini di bawah rata-rata tahunan dalam dua dekade terakhir (158 juta orang terkena dampak dan sekitar 15.500 kematian) "dan merupakan kesaksian atas keberhasilan sistem peringatan dini di banyak negara di Asia".
Tahun terpanas Asia dalam catatan menunjukkan suhu rata-rata 1,39 derajat Celcius di atas rata-rata 1981-2010.
Suhu 38,0 derajat C yang tercatat di Verkhoyansk, Rusia untuk sementara adalah suhu tertinggi yang diketahui di utara Lingkaran Arktik.
Pada 2020, suhu permukaan laut rata-rata mencapai rekor tertinggi di Samudera Hindia, Pasifik, dan Arktik.
Suhu permukaan laut dan pemanasan laut di dan sekitar Asia meningkat lebih dari rata-rata global.
Baca Juga: Bagi Petani Melarat Afghanistan, Dampak Perubahan Iklim Lebih Mengerikan daripada Perang
Lautan di Asia telah memanas lebih dari tiga kali lipat rata-rata di laut Arab, dan sebagian Samudera Arktik.
Luas minimum es laut Arktik (setelah pencairan musim panas) pada 2020 adalah yang terendah kedua dalam catatan satelit sejak 1979.
Ada sekitar 100.000 kilometer persegi gletser di Dataran Tinggi Tibet dan di Himalaya, volume es terbesar di luar wilayah kutub dan sumber dari 10 sungai besar Asia.
"Penurunan gletser terjadi semakin cepat dan diproyeksikan massa gletser akan berkurang 20 persen hingga 40 persen pada 2050, sehingga akan mempengaruhi kehidupan dan mata pencaharian sekitar 750 juta orang di wilayah tersebut," kata laporan itu.
"Ini memiliki konsekuensi besar untuk permukaan laut dunia, siklus air regional dan bahaya lokal seperti tanah longsor dan banjir bandang."
Seperempat dari hutan bakau Asia berada di Bangladesh. Namun, hutan bakau di negara yang terkena badai tropis itu menurun 19 persen dari tahun 1992 hingga 2019, kata laporan itu.
Sumber : Kompas TV/Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.