SHIBETSU, KOMPAS.TV – Aksi lelaki ini sungguh nekat. Demi mencari suaka di Jepang, lelaki Rusia bernama Vaas Feniks Nokard (38) ini rela merenangi laut selama 23 jam.
Melansir Vice pada Rabu (15/9/2021), Nokard berangkat dari Pulau Kunashiri, tempat tinggalnya sejak tahun 2016, pukul 5 pagi bulan lalu.
Mengenakan wetsuit untuk membuat tubuhnya tetap hangat, Nokard membawa pakaian ganti kering dalam tas anti airnya.
Berbekal kompas sebagai alat navigasi, Nokard berenang dan berhasil tiba di Kota Shibetsu di Pulau Hokkaido, Jepang pukul 4 pagi keesokan harinya. Selama 23 jam, ia telah merenangi Selat Nemuro sepanjang 24 kilometer.
“Air Samudera Pasifik sangat dingin. Di malam hari, saya tidak dapat melihat apa pun. Hujan bahkan turun. Saya juga takut kalau-kalau paus pembunuh muncul. Saya terpikir ibu saya dan mungkin saya tak akan pernah melihatnya lagi,” tutur Nokard mengenang perjalanannya pada Asahi Shimbun.
Baca Juga: Sejumlah Fakta Menarik Perenang Yusra Mardini, Pengungsi Suriah yang Berhasil Selamatkan 20 Nyawa
Saat akhirnya tiba di daratan Hokkaido, Nokard beristirahat sejenak sebelum kemudian berganti pakaian.
Saat hendak membeli makanan dan minuman di sebuah toko, ia ditangkap pihak berwenang yang menggiringnya ke biro imigrasi setempat.
Aksi nekat Nokard menempuh perjalanan berbahaya itu memicu spekulasi tentang penyebabnya. Nokard dilaporkan tengah berupaya mencari suaka.
Lelaki asal Izhevsk, kota di Rusia barat ini mengaku muak hidup di bawah pemerintahan totaliter Presiden Vladimir Putin.
Ia hendak mencari suaka di luar negeri, namun tak bisa bepergian ke luar negeri karena tak memiliki paspor.
Baca Juga: Perkenalkan, Ranomi Kromowidjojo, Perenang Belanda Keturunan Jawa, Ikut Tampil di Olimpiade Tokyo
Nokard dilaporkan memiliki ketertarikan pada budaya Jepang. Pihak berwenang Rusia yang sempat menggeledah rumahnya, menemukan sejumlah poster Jepang dan meyakini bahwa Nokard adalah penggemar budaya Jepang.
Asahi Shimbun menyebut bahwa Nokard gemar menonton kartun kucing ajaib Doraemon dan membaca manga.
Namun, masih belum jelas apakah permohonan suaka Nokard akan terkabul.
Menurut The Moscow Times, Nokard sebelumnya pernah dideportasi dari Jepang pada 2011 karena melanggar aturan visa.
Ia juga tampaknya sempat dideportasi dari Thailand dan Bali dengan alasan serupa.
Mengutip Japan Today, jika Jepang mengabulkan permohonannya, negeri matahari terbit itu secara tak langsung turut mengakui bahwa pulau asal Nokard berenang merupakan bagian wilayah Rusia.
Sengketa atas kepemilikan Pulau Kunashiri itu telah berlangsung sejak akhir Perang Dunia ke-2, dan menjadi alasan mengapa perjanjian perdamaian antara kedua negara tak kunjung ditandatangani
Kepala sekretaris kabinet Jepang Katsunobu Kato menyatakan, pemerintah Jepang akan terus menyelidiki kasusnya.
Sumber : Vice/The Moscow Times/Japan Today
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.