PANJSHIR, KOMPAS.TV - Pasukan perlawanan terhadap Taliban di Panjshir Afghanistan bersumpah untuk memerangi Taliban sampai orang terakhir. Namun, hampir dua minggu setelah Taliban merayakan kemenangan atas Panjshir, wilayah itu kini tampak kosong dan ditinggalkan.
Di banyak desa, hanya orang tua dan ternak yang tersisa.
Duduk di bawah tenda sebuah toko yang kini tutup, Abdul Ghafoor merenungkan desanya yang kini sepi, berlokasi di sisi bukit berbatu di distrik Khenj.
"Sebelumnya, hampir 100 keluarga tinggal di sini," katanya. "Hanya ada tiga yang tersisa sekarang. Semua orang telah pergi."
Sebagian besar telah melarikan diri ke selatan arah ibu kota Kabul sebelum Taliban menyerbu bulan lalu, katanya.
Lebih jauh ke lembah di Malaspa, di jalur hijau di sepanjang sungai, penduduk desa pernah bertemu untuk berbagi gosip dan berita.
Sekarang hanya seekor keledai dan Khol Mohammad, yang berusia 67 tahun dan pincang, tetap berada di Malaspa dengan beberapa orang tua lainnya.
"Beberapa keluarga tinggal, tetapi sekitar 80 lainnya semua pergi," katanya.
Baca Juga: Taliban Dituduh Blokade Makanan dan Eksekusi Mati Warga Panjshir
Ini adalah cerita yang sama di desa demi desa yang dikunjungi AFP, seperti yang dilansir France 24, Kamis (17/09/2021) saat melakukan perjalanan melalui tiga dari tujuh kabupaten yang terkena dampak paling parah di provinsi itu.
Tidak ada yang tersisa. Beberapa toko atau kios, terutama toko roti, masih buka tetapi pasar yang biasanya ramai dengan pedagang dan pelanggan, kini kebanyakan kosong.
“Tidak ada yang tersisa, kecuali orang tua, dan orang miskin yang tidak mampu untuk pergi,” kata Abdul Wajid, 30, yang tinggal di belakang untuk menjaga rumah keluarga.
Satu-satunya orang yang sibuk adalah pasukan Taliban yang bersenjata lengkap yang sekarang mengklaim sebagian besar lembah pegunungan.
Mereka menjaga penghalang jalan atau berpatroli di jalan-jalan berdebu dengan truk pikap yang disita sebagai rampasan perang dari pasukan pemerintah sebelumnya yang mereka kalahkan.
Pejuang Panjshir pernah memiliki reputasi legendaris untuk perlawanan, mempertahankan rumah pegunungan mereka pertama dari militer Soviet selama satu dekade, kemudian sepanjang perang saudara, kemudian masa rezim Taliban terakhir dari 1996-2001.
Lembah sepanjang 115 kilometer (70 mil) yang dikelilingi oleh puncak-puncak bergerigi yang tertutup salju menawarkan para pembela keuntungan militer alami.
Baca Juga: Taliban Klaim Menang di Lembah Panjshir, Provinsi Terakhir yang Belum Dikuasai
Kekalahan yang menghancurkan. Kemenangan Taliban dikuatkan dengan rampasan senjata dari kemenangan besar mereka di seluruh negeri, di mana mereka menyita gudang senjata dan perlengkapan militer yang sangat besar yang diberikan AS kepada tentara Afghanistan yang kalah.
Beberapa pemimpin Panjshir, termasuk Ahmad Massoud, putra mendiang pejuang veteran Ahmad Shah Massoud, bersumpah tidak akan pernah menyerah kepada Taliban.
Mereka melakukan perlawanan, dengan bukti perlawanan mereka terlihat pada sisa-sisa kendaraan lapis baja dan pikap Taliban yang rusak dan hangus.
Tapi Taliban didukung kekuatan dan persenjataan melebihi jumlah pejuang Panjshiri, mengabaikan beberapa kekalahan tempur terus menguasai lembah Panjshir.
Awal bulan ini Taliban menyatakan kemenangan, mengibarkan bendera putih mereka di ibu kota provinsi.
Tidak jelas apa yang tersisa dari perlawanan dan apakah para pemimpinnya masih berada di negara itu.
Kedatangan Taliban brutal, kata penduduk.
"Mereka menembak mati seorang pengemudi di belakang kemudi mobilnya, dan seorang ayah yang pergi mencari makanan untuk anak-anaknya," kata seorang penatua, yang mengatakan dia melihat jenazahnya di dekat desa Khenj.
Baca Juga: Delegasi Taliban Tiba di Panjshir, Negosiasi Kelompok Ahmad Massoud
Panjshiris lainnya mengatakan mereka menghitung 19 pembunuhan warga sipil, terpisah dari mereka yang tewas dalam baku tembak dengan pasukan oposisi, antara desa Khenj dan Bazarak, laporan yang mustahil untuk diverifikasi dan dibantah oleh Taliban.
Di lembah konservatif ini, banyak yang mengatakan kehadiran tentara Taliban dipandang mengganggu dan tidak diinginkan.
"Bagaimana Anda mengharapkan kami meninggalkan keluarga kami di sini, ketika Taliban berada di ujung kebun?" kata Haji Mohammad Younus, 75, di desa Omerz yang hampir sepi.
"Orang-orang tidak lagi merasa bebas, dan lebih memilih pergi ke Kabul."
Penduduk mengatakan Taliban telah membuat penghalang jalan untuk menghentikan orang pergi dari Lembah Panjshir, dimana Taliban dilaporkan meminta orang untuk membawa anggota keluarga kembali ke rumah.
"Kami memberi tahu orang-orang bahwa mereka dapat kembali ke rumah mereka dan mereka tidak akan diganggu," kata seorang komandan Taliban di pasar Khenj.
Namun, terlihat sebuah truk yang penuh dengan kasur dan perabotan berbalik arah setelah mencoba meninggalkan Panjshir.
Seorang tetua mengatakan Taliban ingin orang-orang tetap tinggal untuk melindungi mereka dari serangan.
"Taliban lebih suka penduduk desa tetap tinggal, untuk menjadi perisai manusia sehingga tidak dibombardir oleh perlawanan," katanya.
Sumber : Kompas TV/France24
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.