KABUL, KOMPAS.TV - Kembali berkuasanya Taliban diyakini akan memaksa perempuan Afghanistan untuk menggunakan burqa.
Hal itu membuat perempuan Afghanistan melakukan protes secara online menggunakan pakaian tradisional Afghanistan.
Para perempuan-perempuan tersebut memposting foto mereka menggunakan pakaian tradisional Afghanistan di media sosial.
Kampanye #AfghanistanCulture pun bermunculan di Twitters, di mana para perempuan Afghanistan memakai pakaian tradisional negaranya.
Baca Juga: Thailand Kembangkan Alat Pendeteksi Covid-19 Gunakan Keringat Ketiak, Akurasinya Capai 95 Persen
Kampanye protes terhadap burqa yang menutupi seluruh wajah dan tubuh perempuan itu tak hanya dilakukan perempuan yang tinggal di Afghanistan, tetapi seluruh dunia.
Selain kampanye #AfghanistanCulture, perempuan Afghanistan juga menambahkan #AfghanWomen dan #DoNotTouchMyClothes.
Hal itu untuk memperkuat protes terhadap larangan agresif Taliban pada pakaian perempuan.
Seperti dikutip dari India Today, salah satu yang melakukan kampanye ini adalah Dr. Bahar Jalali seorang pengajar sekaligus Profesor dari Kajian Sejarah dan Gender di sebuahg Universitas Afghanistan.
“Ini adalah kultur Afghanistan. Saya menggunakan baju tradisional Afghanistan,” cuitnya sambil memperlihatkan dirinya menggunakan baju tradisional Afghanistan.
Jurnalis Tahmina Aziz yang tinggal di Kanada juga mempelihatkan foto dirinya berbalut pakaian tradisional Afghanistan di mikroblog tersebut.
Baca Juga: Pemburu Belah Perut Buaya, Temukan Benda Antik Berusia 5.000 Tahun
“Saya bangga menggunakan pakaian tradisional Afghanistan. Sangat berwarna dan indah,” katanya.
Pakaian tradisional Afghanistan untuk perempuan adalah gaun yang mengalir dan menutupi mata kaki.
Mereka juga memakai jilbab untuk menutupi kepala merekia.
Namun, sejak Taliban berkuasa kembali di Afghanistan, burqa yang konservatif diyakini akan kembali dipaksakan kepada para perempuan untuk memakainya.
Memang setelah Taliban menduduki Kabul, Minggu (15/8/2021), hak-hak perempuan diyakini akan kembali ditekan.
Meski mereka sempat tak akan memaksakan penggunaan burqa, banyak yang skeptis hal itu akan berlaku untuk waktu lama.
Taliban sendiri sudah memberlakukan beberapa peraturan yang dirasa menekan hak-hak perempuan.
Baca Juga: Juru Bicara Taliban Ejek AS Tak Bisa Menangkapnya: Mereka Selalu Berpikir Saya Tak Ada
Salah satunya, adalah pemisahan kelas antara perempuan dan pria di sekolah dan universitas.
Hal ini sempat dikritik karena minimnya sumber daya pengajar perempuan.
Apalagi, tak adanya perempuan dalam posisi penting di Pemerintahan Afghanistan.
Juru Bicara Taliban, Sayed Zekrullah Hashimi bahkan mengatakan perempuan lebih baik melahirkan, dan tak perlu berada di kabinet.
Sumber :
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.