TOKYO, KOMPAS.TV – Para ahli Badan Energi Atom Internasional, IAEA, pada Selasa (7/9/2021) menanyakan Jepang terkait informasi lengkap dan rinci tentang rencana pembuangan air limbah radioaktif pembangkit nuklir Fukushima yang rusak ke laut.
Melansir Associated Press, tim IAEA yang mendampingi Jepang dalam rencana pembuangan itu bertemu dengan sejumlah pejabat pemerintah Jepang pada Selasa untuk membahas rincian teknis.
Pada Rabu (8/9/2021), tim akan bertolak menuju lokasi reaktor nuklir Fukushima untuk melakukan pemeriksaan.
Pertemuan dengan sejumlah ahli Jepang juga akan berlangsung hingga Jumat (10/9/2021).
Kepala Departemen Keselamatan dan Keamanan Nuklir IAEA Lydie Evrard mengatakan, transparansi dan pengungkapan menyeluruh atas air limbah dan pengolahannya merupakan kunci untuk memastikan keselamatan proyek itu.
Proyek pembuangan air limbah itu sendiri diperkirakan akan memakan waktu hingga puluhan tahun lamanya.
Baca Juga: Jepang Klaim Air Nuklir Fukushima Aman dan Bisa Diminum, China: Kenapa Tak Kirim ke AS Saja?
Pemerintah dan operator reaktor nuklir, Tokyo Electric Power Company (Tepco), pada April lalu mengumumkan rencana untuk mulai membuang air limbah pada musim semi tahun 2023.
Hal Ini dilakukan agar upaya ratusan tangki penyimpanan air limbah tersebut dapat dipindah untuk memberi ruang pada fasilitas lain yang dibutuhkan guna menonaktifkan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) itu.
Ide pembuangan air limbah radioaktif itu telah ditentang oleh berbagai kalangan, mulai dari nelayan dan warga setempat, hingga sejumlah negara tetangga seperti China dan Korea Selatan.
Tepco berencana membuang air limbah itu melalui terowongan bawah laut dan melepaskannya di lokasi yang berjarak sekitar 1 km dari PLTN Fukushima.
Ini setelah air limbah itu diolah dan diencerkan dengan air laut dalam jumlah besar agar (kadar radioaktifnya) berada di bawah batas yang dapat ditoleransi untuk dilepaskan.
Menurut Evrard, timnya hendak memantau pembuangan itu untuk memastikan air limbah radioaktif itu memenuhi standar keamanan radiasi dan lingkungan.
Baca Juga: Pemerintah China Desak Jepang Kaji Ulang Keputusan Buang Air Limbah Radioaktif PLTN Fukushima
Pejabat pemerintah Jepang dan Tepco menyatakan, tritium, yang tidak berbahaya dalam jumlah kecil, tak dapat dibersihkan dari air.
Namun, isotop radioaktif lainnya yang telah diolah, dapat dikurangi (jumlahnya) hingga tingkat aman.
Menurut mereka, pembuangan tritium yang terkontrol dari reaktor nuklir normal merupakan praktik rutin yang telah mendunia.
Pada Selasa, tim IAEA dan pejabat Jepang juga mendiskusikan metode pemantauan tritium.
Jepang telah meminta bantuan IAEA untuk memastikan pembuangan air limbah radioaktif itu memenuhi standar.
Pun, mendapatkan pengertian dari komunitas internasional.
Menteri Perdagangan dan Industri Jepang Hiroshi Kajiyama menyatakan bahwa keterlibatan IAEA akan membantu membangun kepercayaan pada upaya yang dilakukan pemerintahnya.
Jepang, katanya, akan sepenuhnya bekerja sama.
Gempa bumi besar dan tsunami di tahun 2011 telah merusak parah tiga reaktor di pembangkit nuklir Fukushima Daiichi, hingga menyebabkan air pendingin yang terkontaminasi, bocor.
Air pendingin itu disimpan dalam sekitar seribu tangki, yang menurut para ahli akan mencapai kapasitasnya pada akhir tahun depan.
Baca Juga: Jepang Umumkan Buang Air Radioaktif Fukushima ke Laut, Keputusan Terbaik dari yang Terburuk
Jepang menyatakan, pembuangan air limbah radioaktif itu diperlukan untuk menonaktifkan pembangkit nuklir itu, dan pembuangannya ke samudera merupakan pilihan paling realistik.
Sumber : Kompas TV/The Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.