Hari ini "publik tidak bersedia berkomitmen untuk peran internasional yang besar, tidak seperti peran yang dimainkan AS tahun 1950-an-1990-an," kata Franklin kepada AFP seperti dilansir France24, Sabtu (4/9/2021).
Mengenai Afghanistan khususnya, jajak pendapat menunjukkan dukungan kuat untuk keluar, sebesar 77 persen. Ini menurut jajak pendapat baru Washington Post/ABC News, yang dirilis bahkan saat Biden harus menerima pukulan bertubi-tubi atas cara penarikan yang kacau dan tidak sesuai estimasi militer serta intelijen.
Walau begitu, Joe Biden punya perbedaan mendasar serta mencolok dari kaum isolasionis di AS. Perbedaan itu adalah antusiasme pemerintahan Joe Biden untuk membangun aliansi dan hubungan di berbagai kawasan.
Doktrin dan Teori Biden menginginkan AS tidak lagi menjadi polisi dunia yang angkuh, namun ingin menjadi pemimpin yang bersahabat dari masyarakat dunia.
Baca Juga: Taliban Resmi Mengatakan Ingin Hubungan Bersahabat dengan Amerika Serikat
Segera setelah berkuasa, pemerintahan Joe Biden bergerak sangat cepat untuk menempatkan kembali Washington di episentrum perundingan yang ruwet antara negara-negara besar dan Iran mengenai kebijakan nuklirnya, tentang isu kesepakatan iklim, dan dengan sekutu-sekutu tradisionalnya di NATO.
Perjalanan Biden ke Eropa untuk menghadiri KTT G7 dan NATO, yang merupakan satu-satunya perjalanan Biden ke luar negeri sejauh ini, adalah perjalanan diplomatik yang mungkin ibaratnya setara dengan kembali utuhnya sebuah band metal setelah salah seorang anggotanya kembali bergabung ke band tersebut setelah ngambek dan menarik diri.
Namun, sekarang, beberapa dari sekutu itu mungkin merasa jengah, kata para analis.
Tricia Bacon, seorang ahli kontra-terorisme di departemen hukum Universitas Amerika, mengatakan saat ini sekutu merasakan "frustrasi yang wajar" atas kurangnya koordinasi dengan sekutu pada penarikan mundur AS dari Afghanistan.
"Pesan AS harus sangat konsisten untuk mendapatkan kembali kredibilitas yang hilang," kata Tricia.
Dan Imad Harb, direktur penelitian di Arab Center di Washington, mengatakan sekutu-sekutu di Eropa bukan satu-satunya yang mumet dan bertanya-tanya.
"Rezim negara-negara Arab yang terbiasa punya hubungan dekat dengan AS harus khawatir dengan apa yang terjadi di Afghanistan," tulisnya di situs lembaga think tank itu.
"Biden mungkin akhirnya juga akan mengakhiri intervensi militer AS di Timur Tengah yang lebih luas," kata Harb.
Menyebut pidato pasca-penarikan Biden "membuat kita tersadar," Harb mengatakan kontur dari 'Doktrin Biden' "akan segera menaburkan kehebohan dan "kegentaran" di Timur Tengah, yang selama dua dekade tidak mengenal realitas lain selain intervensi AS disana.
Sumber : France24/AFP
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.