"Penerbangan domestik akan dimulai hari Jum'at, sedangkan untuk internasional masih memerlukan waktu," katanya.
Doha, di mana Taliban memiliki kantor politik, dalam beberapa bulan terakhir menjadi tuan rumah berbagai pembicaraan antara AS, Taliban dan bekas pemerintah Afghanistan.
Negara kaya itu mengirimkan Boeing C-17 Globemaster yang membawa tim teknis, dan akan menempatkan kru untuk membantu Taliban menjalankan fasilitas bandara.
Bandara Kabul dengan landasan pacu tunggal, terletak hanya lima kilometer dari pusat kota Kabul, dan teknis landasan memaksa pesawat untuk terbang berputar di atas kota jika mereka tidak dapat mendarat segera.
Kondisi itu rentan terhadap serangan, seperti pada 26 Agustus, ketika sebuah bom bunuh diri yang diklaim oleh kelompok ekstremis Negara Islam Khorasan, musuh rezim Taliban, menewaskan lebih dari 100 warga Afghanistan dan 13 tentara AS.
Tetapi Taliban, yang kembali berkuasa 20 tahun setelah digulingkan oleh pasukan AS, sekarang harus membangun kembali dan menjalankan negara serta infrastrukturnya.
Kembalinya Taliban ke tampuk kekuasaan setelah sempat berkuasa tahun 1996 hingga 2001 menyebabkan evakuasi massal orang asing dan warga Afghanistan yang khawatir akan pembalasan dari Taliban.
Pembukaan kembali bandara juga sudah menjadi perbicangan sejumlah pejabat Barat yang mengunjungi Qatar minggu ini, termasuk menteri luar negeri Jerman, Belanda dan Inggris.
Menteri luar negeri Italia direncanakan tiba di Doha pada hari Minggu.
Hari Kamis, Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab mengatakan, negaranya mengevakuasi sekitar 17.000 warga Inggris dan Afghanistan sejak April, dan menegaskan mereka yang tertinggal, termasuk mereka yang paling berisiko, dipastikan dapat melakukan perjalanan ke Inggris.
"Itulah mengapa kami melihat dengan penuh minat apa yang mungkin terjadi di bandara Kabul," katanya.
Sumber : France24/Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.