KABUL, KOMPAS.TV - Dua warga Inggris teridentifikasi sebagai korban ledakan bom bunuh diri di Bandara Kabul, Afghanistan, Kamis (26/8/2021).
Kedua warga Inggris tersebut adalah Musa Popal dan Mohammad Niazi.
Keduanya tewas saat menunggu evakuasi di luar Bandara Kabul.
Dikutip dari BBC, Kementerian Luar Negeri Inggris mengonfirmasikan dua warganya tewas, juga satu anak dari warga Inggris meregang nyawa.
Baca Juga: Afghanistan Kacau, Pemimpin Tertinggi Iran: Penyebabnya Adalah AS si Rubah Licik
Popa mengelola pasar swalayan Madeena di Hendon, London Utara selama lebih dari 20 tahun.
Ia berada di Afghanistan pada Juni lalu dengan istrinya untuk bertemu keluarganya.
Putri Musa Popal, Zohra Popal, mengungkapkan ayahnya tengah menunjukkan passport Inggris-nya kepada tentara Amerika Serikat (AS), ketika ledakan terjadi.
Zohra juga mengungkapkan bahwa ibunya selamat dari ledakan tersebut, tetapi cucu Popal yang berusia 14 tahun, Hameed masih menghilang.
“Ibu saya, ia harus merangkak menjauh dengan berlumuran darah dan bagian dari orang-orang. Ia melihat semuanya,” kata Zohra.
Ia juga menyesali insiden ini, dan mengungkapkan jika tahu hal itu akan terjadi, mereka tak akan membiarkannya pergi ke Afghanistan.
Zohra pun mengatakan ibunya kehilangan segalanya saat pengeboman, termasuk dokumen, dan saat ini masih berada dalam bahaya setelah Inggris menghentikan evakuasi dan meninggalkan Afghanistan, Sabtu (28/8/2021).
Baca Juga: Lebih dari 30 Tentara Yaman Tewas dan Lebih dari 60 Luka Berat Akibat Serangan Rudal Kelompok Houthi
Bagi Zohra sendiri, Popal merupakan ayah penyayang dan juga selalu mendukungnya.
Sementara itu Mohammad Niazi, adalah seorang pengemudi Taksi di Farnborough.
Ia berada di Afghanistan untuk menolong keluarganya masuk ke dalam bandara.
Rekan-rekannya percaya, istri dan anaknya yang merupakan warga Afghanistan dan dikabarkan tengah memiliki masalah visa, juga terbunuh.
Salah satu temannya, Dinez Carnay, mengatakan Niazi sempat berbicara kepadanya akan terbang ke Afghanistan untuk membawa keluarganya.
Itu adalah ucapan terakhir Niazi kepadanya.
Baca Juga: Permintaan Taliban agar Turki Operasikan Bandara Kabul, Erdogan: Itu Tidak Mudah
“Saat Anda mengenal seseorang dan tiba-tiba Anda mengetahui ia telah meninggal, khususnya dalam keadaan yang sulit, yang Anda bisa lakukan hanya mendoakan jiwanya,” ujarnya.
Saudara Niazi, Abdul Hamid, mengatakan Niazi terbunuh saat terjadinya penembakan setelah ledakan.
Dilaporkan sebanyak 170 orang tewas karena ledakan tersebut, dan 13 orang di antaranya adalah tentara Amerika Serikat (AS).
Jaringan teroris ISIS-K mengaku sebagai pihak yang bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Sumber : BBC
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.