KABUL, KOMPAS.TV - Lebih dari seminggu setelah Taliban mengambil alih ibu kota Afghanistan, Kabul, warga terguncang karena kekurangan uang tunai yang parah akibat tutupnya bank-bank dan mengeringnya pengiriman uang dari luar negeri.
ATM di seluruh kota kosong dan penukaran uang menghilang di tengah ketidakpastian nilai tukar dan ketakutan akan penjarahan, seperti dilaporkan Deutsche Welle, Selasa (24/05/2021).
"Semua orang di kota sekarang mengeluh mereka tidak dapat menarik uang," kata seorang warga Kabul.
Situasi ini diperparah oleh kelangkaan dolar Amerika Serikat (AS) yang akut. AS memblokir akses Taliban ke hampir semua cadangan bank sentral Afghanistan senilai 9 miliar dollar, yang sebagian besar disimpan di AS.
Dana Moneter Internasional IMF juga menangguhkan akses Afghanistan ke sumber pinjaman menyusul perebutan Kabul oleh Taliban.
Tanpa pengiriman dolar baru yang datang untuk menopang, nilai tukar mata uang lokal, afghani, jatuh ke rekor terendah dan membuat harga-harga melonjak.
Harga bahan pokok seperti tepung, minyak dan beras telah melambung hingga 10-20 persen hanya dalam beberapa hari.
"Semuanya karena situasi dolar. Ada beberapa toko makanan buka, tapi bazar kosong," kata seorang mantan pegawai pemerintah.
Baca Juga: Taliban Tutup Jalan Menuju Bandara Kabul Kecuali untuk Warga Asing Keluar dari Afghanistan
Bagaimana dengan pengiriman uang?
Orang Afghanistan secara tradisional mengandalkan transfer tunai dari orang yang mereka cintai yang tinggal dan bekerja di luar negeri. Tetapi dalam krisis saat ini, kiriman dari luar negeri yang menjadi penyambung hidup banyak warga Afghanistan juga ikut terhenti.
Layanan transfer kawat Western Union dan MoneyGram juga menangguhkan operasi mereka di Afghanistan. Lengkap sudah penderitaan.
Tahun lalu, Bank Dunia memperkirakan, pengiriman uang dari luar negeri ke Afghanistan bernilai sekitar 790 juta dollar atau sekitar 4 persen dari produk domestik bruto negara itu.
Transfer uang selama ini "sangat relevan" bertahun-tahun ke belakang, kata jurnalis dan penulis kelahiran Afghanistan Emran Feroz. Ini, kata Feroz, karena "Afghanistan memiliki salah satu diaspora terbesar di dunia" dan lama mengandalkan bantuan dari kerabat di Pakistan, Iran, Uni Emirat Arab serta Jerman dan AS.
“Rata-rata orang Afghanistan tidak menghasilkan banyak uang akhir-akhir ini,” kata Feroz seraya mengimbuhkan, banyak pendapatan turun hingga 90 persen.
Bagaimana harga bahan bakar di Afganistan?
Harga bensin di Afghanistan naik menjadi 900 dollar per ton di tengah permintaan besar-besaran dari warga Afghanistan yang melarikan diri dari kota ke tempat yang aman dari pasukan Taliban.
Iran ikut campur untuk meredakan situasi menyusul permintaan dari pemerintah Afghanistan yang baru. Teheran, setelah disetujui oleh Washington, melanjutkan ekspor bahan bakar ke Afghanistan yang telah ditangguhkan sejak 6 Agustus karena alasan keamanan.
Taliban dilaporkan memotong tarif impor bahan bakar dari Iran dan negara-negara tetangga lainnya untuk menahan lonjakan harga.
Afghanistan, yang tidak punya cukup kapasitas dan kemampuan penyulingan minyak bumi menjadi bahan bakar, selama ini bergantung pada impor minyak dari Iran, Turkmenistan, dan Uzbekistan. Impor minyak dari Turkmenistan berhenti sebulan lalu karena situasi keamanan.
"Masalahnya adalah bank berhenti bekerja tiga hari lalu, jadi kami mungkin akan kembali ke uang tunai," kata seorang sumber.
Baca Juga: Direktur CIA Diam-Diam Temui Pemimpin Taliban di Kabul
Siapa kepala bank sentral Afghanistan yang baru?
Taliban menunjuk Haji Mohammad Idris sebagai penjabat gubernur bank sentral negara itu, Da Afghanistan Bank (DAB), untuk membantu perekonomian Afghanistan kembali berputar, yang sedang terseok-seok bahkan sebelum Taliban mengambil alih.
Muhammad Idris adalah pejabat Taliban yang tidak dikenal dan berasal dari provinsi utara Jawzjan. Idris dilaporkan mengerjakan bidang keuangan dengan pemimpin Taliban sebelumnya, Mullah Akhtar Mansoor.
Dilaporkan bahwa Idris tidak memiliki pelatihan keuangan formal, tetapi ia mengepalai komisi ekonomi Taliban.
"Ada banyak orang yang tidak dikenal dunia, tetapi mereka memegang posisi kunci dan memiliki kontribusi besar. Haji Idris termasuk di antara mereka," kata seorang pemimpin senior Taliban.
Pendahulu Idris, Ajmal Ahmady, yang melarikan diri dari negara itu sebelum Kabul jatuh ke tangan Taliban, memperingatkan krisis saat ini akan menyebabkan harga yang lebih tinggi dan afghani yang lebih lemah. Lulusan Harvard itu juga mengharapkan Taliban menggunakan kontrol modal untuk mencegah arus keluar.
Baca Juga: Konvoi Militer Taliban Kepung Garis Depan Panjshir, Pasukan Ahmad Massoud Bersiap
Bagaimana dengan bantuan luar negeri?
Pemberian bantuan untuk Afghanistan dibawah Taliban agak sedikit ruwet dan dilematis, walau Taliban meluncurkan kampanye hubungan masyarakat untuk menunjukkan wajah yang lebih moderat.
Sebagian besar anggaran pemerintah Afghanistan didanai oleh bantuan internasional. Tanpa ini, ekonomi negara itu akan runtuh.
“Taliban akan membutuhkan dana luar yang substansial kecuali mereka mundur ke apa yang mereka lakukan tahun 1996 hingga 2001, yang pada dasarnya menjalankan pemerintahan ke tingkat yang minimalis,” kata Michael McKinley, yang menjabat sebagai duta besar untuk Afghanistan pada 2015 dan 2016. Ia menambahkan, "Hidup dari perdagangan narkotika tidak memberi mereka jalan untuk tetap berkuasa."
Emran Feroz memperingatkan sanksi internasional apa pun akan "keliru" pada saat ini, karena sanksi hanya akan "menghukum seluruh penduduk secara kolektif dan dapat menyebabkan krisis lain."
"Afghanistan tidak dapat bertahan hidup tanpa bantuan asing," kata Emran kepada DW.
Uni Eropa mengatakan pada Selasa, mereka akan meningkatkan dukungan untuk warga Afghanistan yang masih berada di negara itu dan mereka yang melarikan diri menjadi lebih dari 200 juta euro atau setara 235 juta dollar dari awalnya senilai lebih dari 50 juta euro.
Uni Eropa mengatakan akan mencari jaminan keamanan di lapangan dan akan berkoordinasi dengan PBB untuk memastikan bantuan mencapai masyarakat yang paling rentan.
Sumber : Deutsche Welle
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.