KABUL, KOMPAS.TV - Afghanistan sedang dalam kondisi penuh ketidakpastian usai Taliban menguasai Kabul pada Minggu (15/8/2021). Bagaimana situasi Afghanistan sebenarnya? Apakah benar Taliban sudah membentuk pemerintahan sendiri?
Politikus PDI Perjuangan sekaligus anggota Komisi I DPR RI TB Hasanuddin mengatakan, Taliban belum benar-benar merebut kemenangan, bila menilik sejarah.
“Taliban ini pernah menang dan pernah kalah. Jadi, ini bukan cerita akhir dari sebuah kemenangan,” kata Hasanuddin kepada Kompas TV pada Jumat (20/8/2021).
Sebab itu, Hasanuddin meminta pemerintah Indonesia tidak buru-buru mengambil sikap perihal Afghanistan.
Baca Juga: Ramai-Ramai Kibarkan Bendera Nasional, Warga Afghanistan Jadi Sasaran Tembak Taliban
BBC dan Associated Press menyatakan, hampir seluruh wilayah Afghanistan telah dikuasai Taliban. Taliban mulai menguasai kota-kota utara, seperti Aybak dan Sar-i-Pul pada Senin (9/8/2021) pekan lalu.
Taliban menguasai tiga ibu kota provinsi pada Rabu (11/8/2021), yaitu kota Badakhshan, Baghlan and Farah. Itu artinya Taliban sudah menguasai dua per tiga Afghanistan saat itu.
Kota-kota terbesar Afghanistan, seperti Herat dan Kandahar dikuasai Afghanistan pada Kamis (12/8/2021). Pada Jumat, Taliban menguasai seluruh wilayah selatan Afghanistan.
Pada Minggu, Taliban merebut Jalalabad dan Kabul, dua kota terbesar di Afghanistan. Hal ini memungkasi gerilya Taliban.
Lembah Panjshir adalah satu-satunya wilayah yang belum jatuh ke tangan Taliban. Daerah ini adalah asal milisi Aliansi Utara yang pernah berpartisipasi dalam penggulingan Taliban pada 2001.
Hasanuddin mengatakan, Taliban kini terus memburu pihak-pihak yang dianggap berlawanan. Melansir BBC, pasukan Taliban melakukan pencarian dari rumah ke rumah.
“Saya dapat informasi, kalau tidak salah, delapan kota besar saja yang sudah dikuasai, termasuk Kabul. Taliban sekarang juga sedang melakukan perburuan terhadap kelompok-kelompok yang pernah bekerja dengan Amerika Serikat dan NATO,” beber Hasanudin.
Taliban salah satunya memburu jurnalis media Jerman, Deutsche Welle. Mereka membunuh keluarga wartawan itu.
“Baru saja mengeksekusi Omar Khorasani. Beliau itu bekas komandan ISIS, tapi juga dieksekusi,” kata Hasanuddin.
Baca Juga: Gus Nadir: Janji Taliban Soal Hak-hak Perempuan Itu Belum Titik Masih Koma, Ini yang Jadi Masalah
Melansir laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Omar Khorasani sebelumnya dipecat dari pimpinan ISIS cabang Afghanistan digantikan oleh Aslam Farooqi pada April 2020.
Pemecatan itu berhubungan dengan kinerja buruk Khorasani saat memimpin ISIS di sana, sehingga kalah di Nangarhar, Afghanistan pada 2018.
Pembentukan Pemerintahan dan Oposisi
Jurnalis senior Kompas, Musthafa Abd Rahman mengatakan, Taliban sedang melakukan perundingan untuk membentuk pemerintahan sendiri.
Pemimpin Taliban Abdul Ghani Baradar dan wakilnya, Sirajudin Haqqani sedang melakukan perundingan dengan sejumlah tokoh Afghanistan.
“Sekarang Taliban sedang perundingan dengan tokoh-tokoh di luar Taliban. Sekarang berunding dengan Mantan Presiden Hamid Karzai, Ketua Rekonsiliasi Abdullah Abdullah, dan Ketua Partai Islami,” tutur Musthafa kepada Kompas TV pada Jumat.
Di sisi lain, Taliban juga sedang melakukan perundingan internal membahas bentuk pemerintahan Afghanistan.
“Abdul Ghani Baradar sedang berunding dengan pemimpin kabilah untuk mencari bentuk pemerintahan Afghanistan ideal,” lanjut Musthafa.
Hasanuddin mengingatkan masyarakat bahwa pemerintahan yang nantinya terbentuk di bawah Taliban adalah hasil kudeta bersenjata.
“Bahwa pemerintahan nanti yang akan terbentuk itu bukan pemerintahan hasil sistem demokrasi melalui sebuah pemilihan sah, tapi melalui perebutan kekuasan menggunakan senjata,” katanya.
Baca Juga: Suara Tembakan Taliban, di Luar Bandara Kabul Ketika Ribuan Warga Coba Melarikan Diri
Walau Taliban telah menguasai hampir seluruh Kabul, perlawanan juga sedang digalang oleh Wakil Presiden Afghanistan, Amrullah Saleh.
Saleh telah mendeklarasikan dirinya sebagai presiden menggantikan Ashraf Ghani.
“Amrullah Saleh ini menggandeng pasukan-pasukan anti-Taliban dan tentu akan melakukan perlawanan yang signifikan,” beber Hasanuddin.
Hasanuddin menyebut, Ahmad Massoud yang menemani Amrullah Saleh juga sedang menyiapkan pasukan.
“Dan ini jaringannya masih dekat sekali dengan Amerika Serikat. Tidak mustahil mereka akan melakukan perlawanan yang signifikan,” imbuhnya.
Ahmad Massoud adalah putra pimpinan milisi Aliansi Utara yang dulu ikut menggulingkan Taliban pada 2001 bersama Amerika Serikat dan sekutunya.
Untuk saat ini, pemerintah Indonesia sedang mengawasi perkembangan terkini di Afghanistan dengan menempatkan mata-mata.
“Saya yakin kementerian luar negeri beserta BIN sudah berupaya menempatkan unsur tinggal di sana untuk memonitor situasi sebagai landasan bagaimana sikap pemerintah ke depan,” ungkap Hasanudin.
Baca Juga: Sosok Wapres Afghanistan Amrullah Saleh Penantang Taliban, Selamat dari Bom hingga Direkrut CIA
Sumber : Kompas TV/BBC/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.