Agensi intelijen CIA pun merekrut Saleh yang lebih mengetahui medan pertempuran dalam Perang Afghanistan.
Saleh berpartisipasi dalam operasi intelijen untuk menggulingkan pemerintahan Taliban. Tak lama, para pemimpin Taliban pun melarikan diri pada Desember 2001.
Setelah itu, karir Saleh terus menanjak. Hubungannya dengan CIA membuat Saleh ditunjuk menjadi pemimpin agensi intelijen Afghanistan, NDS, yang baru berdiri pada 2004.
Ia terus mengumpulkan berbagai informan dan mata-mata yang menunjukkan militer Pakistan menyokong Taliban.
Namun, karir Saleh sendiri tak mulus. Pada 2010, ia dipecat karena insiden memalukan di konferensi perdamaian di Kabul.
Setelah menjalani pengasingan politik, Saleh kembali dengan menjadi politikus. Ia mendapat jabatan Menteri Dalam Negeri pada 2018 di bawah presiden Ashraf Ghani.
Belakangan, ia maju sebagai cawapres mendampingi Ashraf Ghani dalam Pemilu Afghanistan 2019.
Akan tetapi, kemunculan Saleh di gelanggang politik Afghanistan juga bukan tanpa rintangan. Ia menghadapi sejumlah percobaan pembunuhan.
Saleh berhasil selamat dari seluruh percobaan pembunuhan itu. Hal ini membuatnya mendapat julukan “sembilan nyawa”.
Baca Juga: Minta Pemerintah Indonesia Tidak Buru-Buru Akui Taliban, Pengamat Beberkan Alasannya
Percobaan pembunuhan terakhir terjadi pada September 2020, saat sebuah bom besar menyasar konvoi Saleh di Kabul.
Setidaknya 10 orang tewas akibat ledakan bom itu, tetapi Saleh selamat dengan tangan kiri terluka.
Ia mengakui memiliki banyak musuh. Tetapi, percobaan pembunuhan itu tak menggentarkan nyalinya.
“Aku akan terus melawan,” katanya.
Sumber : France24
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.